Perempuan Diingatkan Tak Mudah Terpancing Sebar Kebencian
Tensi politik usai Pemilu 2019 masih cukup tinggi. Massa sempat menggelar aksi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu beberapa waktu. Untuk itu sejumlah pihak diingatkan untuk bisa menahan diri.
Tensi politik usai Pemilu 2019 masih cukup tinggi. Massa sempat menggelar aksi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu beberapa waktu. Untuk itu sejumlah pihak diingatkan untuk bisa menahan diri.
Dalam aksi di Bawaslu, video ancaman penggal kepala Presiden Jokowi beredar. Polisi sudah menjadikan Hermawan Susanto (pengancam) dan seorang perempuan Ina Yuniarti (merekam serta menyebarkan video) menjadi tersangka.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Apa yang diklaim oleh berita hoaks tentang huruf Y? "Huruf 'Y' akan dihapus dari Alfabet", judul artikel tersebut.
-
Bagaimana Gatotkaca dari Sukoharjo melawan hoaks? Danar mengatakan, tempat paling tepat untuk menanyakan kebenaran terkait berita yang mereka peroleh adalah tempat di mana mereka menuntut ilmu, seperti melakukan diskusi atau sharing dengan guru terkait berita yang mereka dapatkan.
Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Riri Khariroh melihat keterlibatan perempuan dalam Pilpres sangat luar biasa. Menurutnya, potensi yang dimiliki perempuan digunakan kelompok yang memang ingin membuat situasi politik semakin panas.
"Saya kira ini harus menjadi pelajaran penting buat kaum perempuan itu sendiri agar tidak mudah percaya dan juga kemudian mau digunakan kelompok-kelompok tertentu untuk menumbuhkan kebencian terhadap kelompok lain," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (16/5).
Dia mengatakan, pada dasarnya perempuan lebih memiliki potensi untuk menjadi agen penggerak perdamaian. Dengan begitu peran perempuan jauh lebih efektif dan berdampak positif di masyarakat.
"Dibanding larut di dalam ujaran kebencian dan aksi-aksi menyebar hoaks di media sosial yang sebenarnya buat perempuan itu tidak ada manfaatnya," tuturnya.
Dia juga mendorong kaum perempuan menjadi motor penggerak jihad kedamaian yang diawali dari lingkungan keluarga. Oleh karenanya dirinya juga berharap kepada lembaga pemerintah untuk membuat program menciptakan kedamaian di dalam keluarga ataupun di masyarakat.
"Jadi keluarga ini menjadi elemen paling kecil di masyarakat untuk bisa menciptakan kedamaian di dalam masyarakat yang lebih besar," tuturnya.
Oleh karena itu, kata Riri, saatnya semua pihak merefleksikan bahwa menyebarkan ujaran kebencian ataupun hoak di Pilpres bukanlah suatu yang baik. "Saya kira saatnya sekarang ini kita menjadi lebih baik menjaga perdamaian dan tali persaudaraan," tandasnya.
Baca juga:
Polisi Tetapkan Tersangka Perempuan Perekam Video Ancam Penggal Jokowi
Tidak Ditahan, Dosen Penyebar Hasutan People Power Wajib Lapor Polisi
Polisi Tetapkan Ina Yuniarti Tersangka Perekam dan Penyebar Video Ancam Jokowi
2 Wanita Dalam Video Ancam Penggal Jokowi Digiring ke Polda Metro
Tangkap Wanita Perekam Video Ancam Penggal Jokowi, Polisi Sita KTP hingga Kerudung
Polisi Tangkap Perekam Video Ancam Penggal Jokowi