Perempuan Lebih Berisiko Alami Aritmia atau Gangguan Irama Jantung
Masalah gangguan irama jantung lebih rentan dialami oleh perempuan, ketahui gejalanya yang terjadi.
Masalah irama jantung atau aritmia merupakan kondisi yang lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia, dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, Sp.JP(K), mengungkapkan bahwa risiko perempuan mengalami aritmia lebih tinggi dan bisa terjadi pada usia berapapun.
“Gejalanya sempoyongan, kadang-kadang pingsan, tapi bangun lagi. Kalau nggak bangun, dia henti jantung,” jelas dr. Sunu dilansir dari Antara.
-
Apa itu Aritmia Jantung? Aritmia jantung atau gangguan ritme jantung adalah kondisi medis yang berdampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Gangguan ini mencakup berbagai ketidaknormalan dalam ritme detak jantung, dari detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia), dan dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah secara efisien.
-
Apa yang dimaksud dengan gangguan irama jantung? Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan kondisi medis yang sering kali disebabkan oleh berbagai faktor.
-
Mengapa wanita lebih berisiko terkena aneurisma? Fakta menarik lainnya, menurut dr. Beny, wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami aneurisma otak dibandingkan pria dengan rasio sekitar dua banding satu. Faktor hormonal dan perbedaan struktur pembuluh darah mungkin menjadi alasan di balik perbedaan risiko ini.
-
Apa itu Aritmia? Aritmia adalah kondisi medis yang ditandai oleh detak jantung yang tidak teratur, terlalu cepat, atau terlalu lambat.
-
Siapa yang lebih rentan alami masalah kesehatan jantung? Kondisi ini terutama lebih parah pada pria yang menjadi ayah pada usia 25 tahun atau lebih muda, khususnya pada pria kulit hitam dan Hispanik, yang juga menunjukkan angka kematian lebih tinggi.
-
Kenapa Aritmia bisa berbahaya? Aritmia dapat mengganggu aliran darah ke organ vital dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, dan kematian mendadak akibat jantung.
Masalah aritmia biasanya ditandai dengan gejala jantung berdebar tanpa alasan yang jelas, bahkan saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidak beraktivitas. Sering kali, jantung berdebar lebih cepat saat seseorang hendak tidur. Pada kasus aritmia yang lebih parah, pasien bisa mengalami pingsan atau kolaps. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengatasi kondisi ini.
Aritmia juga dapat menyebabkan kejang karena otot jantung mengalami kram, mengakibatkan pasokan darah ke otak terganggu. Hal ini bisa menyebabkan pasien pingsan karena otak tidak mendapatkan suplai darah yang cukup.
Aritmia dapat menyerang baik pada usia muda maupun tua. Kondisi ini dapat muncul secara tiba-tiba tanpa dipengaruhi faktor degeneratif atau penuaan.
"Ibarat pohon muncul benalu, kan, bukan dari pohon itu tumbuh ada benalu. Itu yang tidak dipengaruhi dari faktor degeneratif, beda dengan serangan jantung aorta yang banyak disebabkan oleh hipertensi lama, diabetes lama, kolesterol tinggi, dan paling sering adalah rokok,” ujar dr. Sunu.
Sunu juga menambahkan bahwa aritmia yang sering terjadi pada perempuan bisa menyebabkan serangan jantung yang berujung pada henti jantung. Penanganan pada periode emas harus segera dilakukan untuk menghindari terjadinya henti jantung.
"Kalau serangan jantung itu diawali dengan nyeri dada, keringat dingin yang luar biasa, sesak, itu serangan jantung. Penanganannya harus segera dibawa ke rumah sakit," kata dr. Sunu menambahkan.
Gejala aritmia pada perempuan bisa sangat bervariasi, mulai dari rasa tidak nyaman seperti berdebar-debar, pusing, hingga pingsan mendadak. Dalam beberapa kasus, aritmia juga bisa menyebabkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan cepat. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu, terutama perempuan, untuk mengenali tanda-tanda awal aritmia dan segera mencari bantuan medis.
Perempuan memiliki risiko lebih tinggi terkena aritmia bukan hanya karena faktor hormonal, tetapi juga karena gaya hidup dan kondisi kesehatan yang berbeda dengan laki-laki. Faktor-faktor seperti stres, kelelahan, dan pola makan yang tidak sehat bisa meningkatkan risiko aritmia pada perempuan. Selain itu, kondisi medis tertentu seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit tiroid juga dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
Untuk mencegah aritmia, penting bagi perempuan untuk menerapkan gaya hidup sehat. Mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol berlebihan dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Selain itu, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin juga penting untuk mendeteksi dini adanya kelainan jantung.