Pergi mencari ikan di Sungai Sebaung Nunukan, Amat tak kunjung pulang
Biasanya, para nelayan ini sekali pergi melaut memakan waktu 3-4 hari. Namun, 2 hari kemudian, Amat, salah satu nelayan tak kunjung pulang.
Seorang nelayan, Amat (43), warga Kampung Rambutan, Nunukan, Kalimantan Utara, dilaporkan tidak kunjung pulang, usai mencari ikan bersama 3 nelayan lainnya, di Sungai Sebaung, Nunukan, dalam sepekan ini. Keberadaannya dalam pencarian tim SAR gabungan.
Keterangan diperoleh, 4 perahu berisi 4 nelayan pergi mencari ikan sejak pukul 10.00 Wita, Sabtu (12/9) lalu. Tiba di lokasi Sungai Sebaung, keempat nelayan berpencar, mencari ikan menggunakan pukat.
Biasanya, para nelayan ini sekali pergi melaut memakan waktu 3-4 hari. Hingga pada hari Rabu (13/12), 3 nelayan kembali pulang tak bersamaan. Namun, 2 hari kemudian, Amat, salah satu nelayan tak kunjung pulang.
Sabtu (16/12) pagi kemarin, keluarga Amat dan nelayan lain, berinisiatif melakukan pencarian terhadap Amat, yang diperkirakan menjadi lokasi Amat memukat ikan.
"Keluarga ini, hanya menemukan perahu korban (Amat) kandas, ikan hasil tangkapan membusuk, dan pukat yang digunakan korban robek," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kaltim-Kaltara Gusti Anwar Mulyadi, seperti disampaikan Kasi Operasi dan Siaga Octavianto, Minggu (17/12).
"Karena tidak ada menemukan korban, keluarga dan nelayan lain melapor ke Polsek (Nunukan), dan juga ke BPBD Nunukan," ujar Octavianto.
Tim SAR gabungan bergerak mengumpulkan keterangan sejak sore kemarin. Namun pencarian dilakukan sejak pagi tadi, setelah tim SAR gabungan bertolak dari pelabuhan Sei Jepun Nunukan, ke lokasi Sungai Sebaung, menempuh perairan sekitar 3 jam.
"Tim tiba jam 2 siang tadi di perairan Sungai Sebaung. Banyak anak-anak sungai berukuran sempit. Tidak ada yang melihat langsung korban terakhir kali terlihat. Jadi begitu tim tiba, berada di titik terakhir perahu korban yang mengapung," terang Octa.
Ada 6 perahu nelayan dan 1 speedboat tim SAR gabungan berada di lokasi sampai sore ini. Mereka terus bergerak melakukan penyisiran. "Tidak ada sinyal (telekomunikasi selular) di lokasi. Jadi informasi terkini menggunakan telepon satelit," demikian Octavianto.