Perjuangan Masita, ibu difabel ingin anaknya bersekolah tinggi
Dengan tubuhnya yang tak sempurna, Masita menunjukkan kasih seorang ibu yang tak ada batasnya untuk sang anak.
Fisik Masita (41) memang tak sempurna. Tapi kasih sayangnya sebagai ibu tak kurang sedikitpun. Perempuan ini terlahir sebagai penyandang disabilitas. Dua kaki dan tangan kanannya jauh dari sempurna.
Namun, Masita tetap bisa menjadi seorang ibu. Setelah menikah dengan Djasman, pria yang juga penyandang cacat, mereka dikaruniai seorang putra normal yang diberi nama Fajar Ramadhan.
Saat Fajar berusia 3 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sebenarnya, keluarga Djasman ingin merawat balita yatim itu, namun Masita tegas menolak.
Masita bertekad merawat sendiri Fajar dibantu ayahnya, Sopian (73). Mereka tinggal di rumah sederhana milik keluarga di Jalan Sempurna, Dusun Melati I, Sambirejo Timur, Tembung, Percut Sei Tuan, Deliserdang, Sumatera Utara.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Masita dan ayahnya terus berjuang. Perempuan ini terkadang harus membantu tetangga membelikan sayur-mayur. Setiap pagi Masita pergi ke pasar.
Sepulangnya, setelah mengantarkan pesanan tetangga, dia diberi upah. Ada yang membayarnya dengan uang, ada pula yang memberikan beras.
Kehidupan terus berjalan. Fajar kecil harus sekolah. Masita bersikukuh anaknya harus berpendidikan tinggi. Dia tak ingin bocah itu seperti dirinya yang tidak pernah mengecap bangku sekolah.
Masita dan ayahnya kemudian medaftarkan Fajar ke SD Negeri 104204 Sambirejo Timur. "Sekarang SD kan masih gratis, nanti SMP pasti perlu uang. Tapi Fajar harus sekolah," ucap Masita dengan pengucapan yang juga tidak sempurna.
Sejak hari pertama Fajar masuk sekolah, Masita selalu setia mengantar-jemputnya dengan becak mini. Bocah itu diletakkannya di tengah kendaraan beroda tiga itu, sementara sang ibu mengayuh dengan tangan dan kaki kanannya yang kecil.
Rutinitas ini dikerjakan Masita dengan ikhlas setiap hari, sampai Fajar duduk di kelas 4 SD. "Kelas 1 sampai kelas 3 saya antar-jemput terus. Sejak kelas 4 tidak lagi, dia kan sudah mulai besar," jelasnya.
Sekarang Fajar duduk di kelas 5. Tubuhnya bahkan sudah lebih tinggi dari Masita. Tapi, bocah ini mengaku tidak sedikit pun malu pada keberadaan ibunya. Dia justru mengaku sangat sayang pada orang yang mengasihinya itu.
"Sekarang ibu sering kugendong. Kemarin waktu banjir, kugendong," ucapnya sembari mempraktikkannya.
Dia pun berjanji tidak akan meninggalkan ibunya di masa depan. Termasuk jika cita-citanya, yang juga harapan Masita, tercapai nanti. "Aku mau jadi polisi," ucapnya.
-
Apa yang dirayakan pada Hari Ibu? Hari Ibu adalah sebuah hari yang ditujukan untuk memperingati dan memberikan penghargaan kepada sosok ibu atau figur maternal dalam kehidupan seseorang.
-
Kapan Hari Ibu di Indonesia dirayakan? Sejarah Hari Ibu di Indonesia, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember, memiliki akar kuat dalam peristiwa Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada tahun 1928.
-
Kenapa ucapan selamat Hari Ibu untuk ibu yang sudah meninggal penting? Meskipun ibu fisiknya mungkin sudah meninggal, tetapi kenangan, pengaruh, dan cinta yang diberikannya masih tetap hidup dalam hati dan kenangan kita.
-
Kapan Hari Ibu dirayakan? Setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu.
-
Kapan Hari Ibu dirayakan di Indonesia? Indonesia merayakan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember.
-
Apa yang dimaksud dengan ungkapan selamat hari ibu? "Ungkapan selamat hari ibu bisa disampaikan untuk orang yang sangat penting dalam kehidupan manusia."
Baca juga:
Kerja keras Juwariyah bebaskan warga dari cengkeraman rentenir
Kisah Juwariyah, ibu yang mampu hidupi warga satu RT
Motivasi ibu buat kernet truk jadi GM di Bandara Soekarno-Hatta
Jokowi-Ahok: Ibu adalah segalanya
Ikut lahirkan Indonesia, hak perempuan harus dihormati pria