Pernah Mangsa Belasan Kambing, Macan Lawu Tewas di Kebun Binatang Solo
Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA Jawa Tengah, Titi Sudaryan, menjelaskan, organ tubuh yang dikirimkan ke laboratorium di antaranya, hati, ginjal, paru, dan kotoran. Hasil uji laboratorium organ tubuh tersebut, dikatakannya, hingga saat ini belum keluar.
Harimau jenis tutul (Panthera Padus) asal Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, yang pernah memangsa belasan kambing warga Desember tahun lalu, mati mendadak.
Macan yang pernah meresahkan peternak kambing Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso tersebut ditemukan tak bernyawa di Kebun Binatang Solo atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), beberapa waktu lalu.
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Mengapa warga Sampangan panik dengan kucing liar? Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Dimana balap liar ini terjadi? Aksi pembubaran balap liar ini terjadi di Jalan Sudirman, Kudus, Jawa Tengah.
-
Kenapa Jalak Bali dianggap sebagai simbol pelestarian satwa liar? Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu burung khas Indonesia yang terancam punah dan menjadi simbol pelestarian satwa liar.
-
Bagaimana cara warga Sampangan mengatasi kucing liar? Warga yang khawatir kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengevakuasi hewan tersebut.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah langsung melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematian hewan langka tersebut. Mereka mengirimkan organ tubuh macam tutul ke Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta.
"Macan tutul titipan BKSDA Jateng tersebut mati mendadak di kandang pada tanggal 25 Juli lalu. Mereka langsung melakukan autopsi," ujar Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, Senin (5/8).
Bimo menerangkan, autopsi dilakukan selama sehari untuk mengetahui penyebab kematian hewan langka itu. TSTJ sebagai lembaga konservasi, lanjut dia, dalam memelihara hewan sudah pasti menemukan hewan lahir dan mati. Sebelum dinyatakan mati, pihaknya selalu melaporkan kondisi hewan itu ke BKSDA.
"Dalam perawatan satwa kita juga sudah punya SOP (Standar Operasional Prosedur)," katanya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA Jawa Tengah, Titi Sudaryan, menjelaskan, organ tubuh yang dikirimkan ke laboratorium di antaranya, hati, ginjal, paru, dan kotoran. Hasil uji laboratorium organ tubuh tersebut, dikatakannya, hingga saat ini belum keluar.
"Saya perkirakan satu bulan ke depan hasil autopsi keluar. Setelah itu baru diketahui penyebab kematiannya," ucapnya.
Lebih lanjut Titi menyampaikan, sebelum ditangkap macan tutul tersebut telah memangsa 26 kambing milik warga. Pihaknya sengaja tidak melepaskan macan ke alam bebas karena faktor keamanan. Pihaknya juga memutuskan binatang buas tersebut sebagai hewan konservasi yang dititipkan ke TSTJ Solo.
Macan tutul tersebut ditangkap pada Sabtu (22/12) subuh, dan kemudian dievakuasi ke TSTJ. Hewan buas berusia 2,5 tahun dan berat 30 kilogram itu dibawa dengan mobil Polisi Hutan BKSDA Solo.
Baca juga:
Bangkai Buaya Muara Ditemukan Nelayan di Segara Anakan Cilacap
Macan Tutul Muncul di Kebun, Warga Perkampungan di Tasikmalaya Ketakutan
Kabar Kemunculan Harimau Bikin Cemas Warga Karo Sumatera Utara
Polisi SWAT Dikerahkan untuk Tangkap Gorila Kabur dari Kebun Binatang
Harimau yang Resahkan Warga Padang Lawas Akhirnya Ditangkap
Masih Ada 5 Harimau di Hutan Sosopan, Warga Diimbau Tidak Picu Konflik
Nekat, Pria Ini Hobi Beri Makan Buaya Liar dari Dekat