Penemuan Kucing Liar Berliur di Semarang Bikin Geger Warga, Wali Kota Beri Tanggapan Ini
Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
Penemuan Kucing Liar Berliur di Semarang Bikin Geger Warga, Wali Kota Beri Tanggapan Ini
Pada Sabtu (29/7), warga Sampangan, Kota Semarang dihebohkan dengan kemunculan seekor kucing liar yang mengeluarkan air liur. Banyak warga lantas menduga kalau kucing itu terkena rabies.
-
Apa yang sering dialami kucing liar di Semarang? Agustin mengatakan, selama ini Rumah Kucing Semarang melakukan pemberian makanan terhadap kucing liar di berbagai lokasi di Kota Semarang. Setiap harinya, tidak kurang dari 200 kilogram kepala ayam dibagikan pada kucing-kucing liar di Kota Semarang. Karena ia melakukan kegiatan itu secara rutin, Agustin memahami kondisi yang sebenarnya terjadi. Saat pemberian pakan, tak jarang ia menemukan kucing yang terluka, seperti luka tembak, lebam, bengkak, dan sebagainya, sehingga ia harus membawanya ke shelter untuk diobati.
-
Kenapa kucing liar di Semarang disiksa? Agustin mengaku banyak menemukan kucing yang mengalami berbagai bentuk tindak kekerasan.'Ada yang ditembak, disiram air panas, dipukul, sampai dilumuri lem di tubuhnya,' kata Agustin dikutip dari ANTARA pada Jumat (26/7).
-
Bagaimana hewan liar bisa menyebabkan penyakit? Sejumlah penyakit bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Beberapa penyakit menular ini termasuk: Flu burung, Salmonella, Tuberkulosis, Campak, Virus herpes B.
-
Kenapa gigitan kucing liar bisa berisiko? Perlu diketahui, bahwa kucing liar tidak seperti kucing rumahan yang terjamin kebersihannya. Kucing liar yang hidup di jalanan rentan terkena berbagai bakteri, jamur, hingga virus yang berbahaya bagi kesehatan.
-
Bagaimana cara mengatasi gigitan kucing liar? Jika Anda tiba-tiba digigit kucing liar yang kemudian timbul luka, pertolongan pertama yang perlu dlakukan adalah menghentikan pendarahan. Setelah perdarahan berhenti keluar di area gigitan, selanjutnya bersihkan luka dengan sabun dan air, serta oleskan salep antibiotik dan perban pada gigitan.
-
Kenapa harus hindari hewan liar? Jika Anda mengamati ada hewan liar di sekitar yang menampakkan gejala rabies, hidari kontak langsung dengannya, Tak hanya anjing dan kucing, hewan seperti kelelawar, rubah, rakun, dan serigala juga berpotensi sebagai pembawa virus.
Warga yang khawatir kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengevakuasi hewan tersebut. Kehebohan ini sampai ke telinga Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. Seperti apa tanggapannya?
Hevearita memastikan bahwa sejumlah kucing liar yang ditangkap warga dan Dinas Pemadam Kebakaran tidak berpenyakit rabies sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Ia mengatakan bahwa Dinas Pertanian (Distan) Kota Semarang sudah diminta melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap keberadaan hewan liar, khususnya kucing yang dikhawatirkan warga Sampangan.
Wanita yang akrab disapa Ita tersebut juga mengimbau pada masyarakat yang hewan peliharaannya mengalami gejala sakit, khususnya kucing dan anjing, untuk segera berkoordinasi dengan Distan Kota Semarang. “Bisa diperiksakan karena kami kan punya poliklinik hewan di Gayamsari dan Mijen,” kata Ita dikutip dari ANTARA pada Senin (31/7).
Sementara itu Kepala Distan Kota Semarang, Hemowo Budi Luhur, mengatakan bahwa setelah adanya laporan kucing dengan air liur itu, pihaknya langsung menerjunkan tim untuk melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah kucing liar di sana. Ia meminta pada masyarakat untuk tidak perlu khawatir terhadap kucing-kucing liar yang ditangkap di Sampangan karena berdasarkan hasil pemeriksaan tak ada satupun yang terkena rabies.
Lebih lanjut, Hemowo menjelaskan beberapa gejala rabies di antaranya hewan jadi takut cahaya maupun air, cenderung agresif, dan hipersalivasi, yaitu keluar air liur yang berlebihan dari mulut hewan tersebut. Hanya saja, keluarnya air liur yang berlebihan tidak selalu menunjukkan bahwa hewan tersebut terkena rabies. Bisa saja hewan itu keracunan makanan dan sebagainya.
Hermowo mengatakan bahwa wilayah Jawa Tengah termasuk Semarang merupakan daerah yang masih bebas rabies. Sementara itu kejadian yang muncul dalam beberapa hari terakhir sebenarnya dipicu ketakutan masyarakat karena banyaknya hewan liar. “Tidak usah panik. Kasus pada Sabtu (29/7) malam di Gajahmungkur aman. Tidak apa-apa. Kucing itu tidak takut sinar, tidak takut air juga. Tidak menunjukkan gejala-gejala rabies,” ujar Hermowo dikutip dari ANTARA.