Hasil Laboratorium Tewasnya Puluhan Kucing di Sunter Jakut: Bukan Karena Diracun
Pemprov DKI menemukan cacing pada lambung kucing yang tewas di Sunter.
Pemprov DKI menemukan cacing pada lambung kucing yang tewas
Hasil Laboratorium Tewasnya Puluhan Kucing di Sunter Jakut: Bukan Karena Diracun
Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta mengungkapkan, hasil laboratorium sementara tewasnya puluhan kucing di Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, awalnya menerima aduan warga ihwal kematian kucing sejak 5 Juli 2023.
Namun, kasus kematian kucing-kucing di wilayah Sunter Agung itu rupanya terus berulang.
"Kemudian karena terjadinya terus-terus seperti itu, kemudian pada tangal 11 Juli, kami melakukan turun ke lapangan, mengambil satu sampel,"
kata Eli kepada wartawan, Jumat (14/7).
Merdeka.com
Kala itu, kata Eli ada satu kadaver atau bangkai kucing yang diperiksa di pos pelayanan kesehatan hewan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta Dinas KPKP. "Organ dalamnya dalam kondisi yang normal, bagus, tetapi memang ditemui cacing di lambungnya. Tapi kan kita masih akan melakukan tindak lanjut," kata dia.
Kendati ditemukan cacing pada lambung kucing yang tewas, Eli memastikan tewasnya 21-24 kucing bukan karena diracun. Eli menyebut, hasil utuh laboratorium bakal disampaikan kemudian.
"Itu memang tidak dalam diracuni. Kalau virus, itu harus di-tracesibility namanya, harus ditelusur. Jadi kita enggak boleh langsung bilang 'wah ini'. Kalau sudah ada hasilnya, pasti nanti kita sama-sama sampaikan lagi,"
Ungkap Eli menjelaskan.
Eli menerangkan, hasil pemeriksaan laboratorium sementara itu dilakukan Kasatlak Keswan, dokter Ramzi. Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner Subang, Jawa Barat dari Kementerian Pertanian untuk melakukan investigasi. Dia menambahkan, investigasi bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian berurutan pada puluhan ekor kucing itu secara pasti. Investigasi dilakukan secara menyeluruh."Investigasi itu tidak hanya pada binatangnya, tapi keseharian pemilik. Jadi kemairn itu ditanya, pada saat kejang sampai mati itu berapa jam. Kemudian pola mereka terakhir memberi makan itu jam berapa, itu namanya investigasi," kata Eli. "Nah dilakukan oleh kawan-kawan yang memang secara profesi itu seperti itu. Jadi hasil atau kesimpulannya adalah kesimpulan yang komprehensif," sambung dia.