PHRI Sulsel Sebut Jika Pandemi Tidak Berakhir Penutupan Hotel Tinggal Tunggu Waktu
Pandemi Covid-19 membuat sektor perhotelan dan restoran di Sulawesi Selatan (Sulsel) terpukul. Jika kondisi pandemi Covid-19 tidak selesai, tinggal menunggu waktu sejumlah hotel akan bertumbangan.
Pandemi Covid-19 membuat sektor perhotelan dan restoran di Sulawesi Selatan (Sulsel) terpukul. Jika kondisi pandemi Covid-19 tidak selesai, tinggal menunggu waktu sejumlah hotel akan bertumbangan.
Ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga mengaku saat ini rata-rata okupansi hotel di Kota Makassar sekitar 18 persen. Kondisi tersebut, kata dia, sangat memprihatinkan bagi sektor perhotelan.
-
Di mana Rawon Iga Hotel Majapahit berada? Pengalaman seru jurnalis SCTV mencicipi Rawon Iga Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Jawa Timur
-
Kapan arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda di Hotel Majapahit? Tempat Bersejarah Atap bangunan hotel jadi saksi perjuangan arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda Merah Putih Biru menjadi Merah Putih pada 19 September 1945.
-
Kapan Hotel Cheribon didirikan? Tidak banyak sumber yang menjelaskan tentang hotel ini. Namun dari sejumlah catatan sejarah, bangunan ini didirikan pada awal 1900-an, di mana tata kota di sana sudah beranjak modern dari yang sebelumnya hanya memiliki arsitektur bergaya keraton.
-
Kapan Siantar Hotel diresmikan? Mengutip dari beberapa sumber, Siantar Hotel dulunya diresmikan pada 1 Februari 1915.
-
Kenapa Hotel Indonesia dibangun? Hotel ini dibangun atas gagasan dan perencanaan matang presiden RI pertama, Soekarno.
-
Apa ciri khas dari 'Downtown Hotel'? Berbeda dengan residential hotel yang jauh dari keramaian, downtown hotel justru berada di pusat keramaian. Biasanya, jenis hotel ini berada di kawasan perdagangan dan perbelanjaan.
"Rata-rata okupansi di hotel-hotel di Makassar itu hanya berkisar 18 persen. Ini membuat suatu keprihatinan, bahkan tadi pagi saya dapat kabar ada hotel hanya delapan persen," kata Anggiat saat acara doa bersama lintas agama dilakukan PHRI Sulsel dan IHGMA chapter Makassar di Hotel Claro, Rabu (21/7).
Meski kondisi memprihatinkan, Anggiat mengaku sampai saat ini belum ada laporan hotel yang tergabung dalam PHRI Sulsel tutup. Walaupun demikian, jika kondisi pandemi Covid-19 tidak selesai, maka tinggal menunggu waktu.
"Makanya kami dari PHRI dan IHGMA mengundang para pemuka agama untuk berdoa bersama agar pandemi Covid-19 segera berlalu. Kalau pandemi ini tidak berakhir, saya kira hanya menunggu waktu saja (hotel tutup)," ungkapnya.
Anggiat mengaku saat ini sejumlah pengusaha perhotelan di Sulsel sedang bertahan dengan sejumlah cara, termasuk merumahkan karyawan dan mengurangi jumlah hari kerja dalam sebulan.
"Proses karyawan dirumahkan sudah pasti berlangsung atau karyawan yang bekerja hanya 15 hari dalam sebulan agar upahnya hanya diterima 50 persen," tuturnya.
Dia juga berharap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan pemerintah tidak diperpanjang. Sehingga geliat ekonomi masyarakat, khususnya sektor perhotelan bisa kembali bangkit.
"Kami berharap Pandemi segera berlalu agar PPKM dan pembatasan lain bisa segera dihentikan oleh pemerintah. Mudah-mudahan tanggal 25 berakhir dan tidak dilanjut lagi ini PPKM," ucapnya.
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Yos Rusdiyansyah mengatakan pandemi Covid-19 benar-benar membuat tingkat hunian kamar (TPK) hotel di Sulsel, khususnya Makassar pada Mei 2021 turun 5,26 poin. Kondisi tersebut lebih buruk dibandingkan April 2021 yang mencatat 35,55 poin.
"TPK hotel klasifikasi bintang di Sulsel pada Mei 2021 turun 5,26 poin dibandingkan dengan TPK pada April 2021, yaitu dari 35,55 persen pada April 2021 menjadi 30,29 persen pada Mei 2021," tuturnya.
(mdk/cob)