Pidato Soeharto Saat Maulid Nabi Tahun 1990, Masih Jadi PR Presiden RI Sampai Saat ini
PISA skor Indonesia itu masih di bawah 500, ranking ke-72.
Ada peningkatan, tapi berjalan lambat.
Pidato Soeharto Saat Maulid Nabi Tahun 1990, Masih Jadi PR Presiden RI Sampai Saat ini
Pemerintah menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Minggu, 30 September 1990. Presiden ke-2 Indonesia Soeharto yang hadir bersama Ibu Tien menyampaikan beberapa hal dalam pidatonya, beberapa di antaranya ternyata masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Presiden Indonesia hingga saat ini.
merdeka.com
- Momen Soeharto Noblos Pemilu Terakhir dalam Hidupnya, Juniornya di TNI Terpilih jadi Presiden RI
- Jika Soeharto Dikenal Sebagai 'Jenderal yang Tersenyum', Jenderal TNI ini Dijuluki 'Jenderal Tanpa Senyum'
- Pelantikan Perwira Akpol di Istana Tahun 1987, Panglima ABRI Dijabat Jenderal Intel Kawal Langsung Presiden Soeharto
- 28 Tahun lalu Salaman dengan Presiden Soeharto, Kini di Pundak Pria ini Tersemat Pangkat Jenderal Polisi
Pendidikan. Presiden Soeharto sangat perhatian dengan pendidikan di Indonesia. Sebab, menurut dia, pendidikan di Indonesia jauh dari yang diimpikan warga negara Indonesia.
Menurut Soeharto, pendidikan sangat menentukan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dia juga menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
"Kita semua menyadari bahwa kegiatan pendidikan di negeri kita masih jauh dari apa yang kita dambakan. Masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan," kata Soeharto. Seperti dikutip dari Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6 dan HMSoeharto.id.
Soeharto mengatakan sudah tugas para pihak yang bertanggung jawab untuk berpikir keras demi mengatasi kelemahan dan kekurangan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Pria yang dikenal sebagai julukan 'Smiling General' juga menggarisbawahi bahwa peringatan hari-hari besar keagamaan sepeti Maulid Nabi ini hendaknya mendorong untuk selalu mawas diri.
"Bertanya pada diri kita sendiri, mengapa keadaan kita masih jauh dari kehidupan yang dicita-citakan oleh agama kita? mengapa terdapat jurang yang dalam dan lebar antara cita-cita dan realita?"
tegas Soeharto.
Ternyata hal yang menjadi perhatian Soeharto di tahun 1990, masih menjadi pekerjaan rumah bagi Presiden Indonesia kini.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan skor Programme for Internasional Student Assessment (PISA) Indonesia masih di bawah 500 yakni 371, atau berada di ranking ke-72.
"Bayangkan PISA skor Indonesia itu masih di bawah 500, jadi terakhir sekitar 371, ranking ke-72," kata Amalia dalam Seminar Beasiswa LPDP di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
PISA merupakan capaian skor untuk mengukur kemampuan anak-anak usia 15 tahun di bidang membaca, matematika, dan sains. PISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
Padahal Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi kunci dasar untuk melakukan transformasi demi mewujudkan Indonesia emas 2045.
merdeka.com