Pimpin Upacara HUT ke-79 RI di Lenteng Agung, Megawati Singgung Penguasa Belenggu Kedaulatan Rakyat
Megawati menyoroti konstitusi yang ikut dibelokkan penguasa demi kepentingan pribadi.
Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputeri menyinggung soal adanya pihak-pihak yang berupaya membelokkan cita-cita kemerdekaan Indonesia melalui kekuasaan. Menurut dia, arah demokrasi pun turut berubah.
Hal ini disampaikan Megawati dalam amanatnya saat bertindak sebagai pembina upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 RI yang digelar DPP PDIP di Parkiran Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (17/8).
- Pimpin HUT ke-79 RI di Lenteng Agung, 5 Amanat Megawati soal Makna Kemerdekaan
- Megawati: Beri Hak Rakyat Cari Pemimpinnya yang Sejati, Bukan Dipaksakan
- Tak Hadir di Istana Negara dan IKN, Megawati Pimpin Upacara HUT ke-79 RI di Lenteng Agung
- Megawati Singgung Puan Nangis di Rakernas: Enggak Perlu Cengeng Lah
"Topangan kemerdekaan yang diletakan pada kedaulatan rakyat mencoba diganti dengan kedaulatan kekuasaan, hukum digeser maknanya dari keadilan yang hakiki menjadi alat intimidasi," kata Megawati.
Megawati juga menyoroti, konstitusi yang ikut dibelokkan penguasa demi kepentingan pribadi. Padahal, kata dia, konstitusi harusnya menjadi landasan bagi pemimpin saat berkuasa.
"Konstitusi yang harusnya menjadi landasan pokok bagi pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia untuk dijalankan dengan selurus-lurusnya, ternyata bisa seenaknya dibelokkan arahnya," ucap Megawati.
Kini, lanjutnya, produk hukum pun penuh legalitas prosedural tanpa falsafah hukum dan kegunaan yang jelas bagi kepentingan rakyat. Megawati menilai, seluruh upaya membelokkan produk hukum berjalan secara sistematis dengan kemasan watak yang populis.
Megawati bilang, imbas dari perilaku penguasa itu membelenggu kedaulatan rakyat. Masyarakat, kata dia, takut untuk menyampaikan pendapat.
"Namun, yang paling memprihatinkan adalah ketika kedaulatan rakyat sebagai pilar utama demokrasi kini diubah wataknya dan banyak yang dengan rasa takut dalam kehidupannya," kata dia.
"Sepertinya untuk berbicara kebenaran pun banyak yang sudah tidak sanggup, mulutnya terkunci, mulutnya terdiam," tandasnya.