Polda Jatim nilai kasus penganiayaan ulama di Tuban dibesar-besarkan
Pelaku, lanjutnya, sering berobat. Tapi karena menunggu lama, mulai pagi sampai malam belum dilayani, dia marah dan melakukan pengerusakan.
Tahun 2018 hingga 2019, merupakan tahun politik. Rangkaian peristiwa yang terjadi di tahun-tahun ini, menjadi sangat sensitif. Contohnya seperti kasus penganiayaan ulama di Tuban dan Lamongan, Jawa Timur yang terjadi beberapa hari terakhir.
Namun, Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera menegaskan, bahwa peristiwa di Tuban dan Lamongan beberapa hari lalu itu bukan kasus penyerangan.
-
Apa itu tunangan? Pertunangan adalah momen membahagiakan seseorang yang hendak mempersiapkan diri menuju jejang pernikahan. Pertunangan juga bisa diartikan sebagai janji pranikah.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
-
Kapan tongtrong dibunyikan? Jika waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB sore, maka tongtrong akan dibunyikan sebanyak lima kali. Begitu seterusnya.
-
Kenapa tangan sering pecah-pecah? Tangan pecah-pecah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Meski tidak menimbulkan masalah serius, hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa kondisi medis, sehingga diagnosisnya sangat penting untuk dilakukan.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
"Terminologi penyerangan (jika) seseorang atau kelompok yang datang kepada tempat tertentu untuk melakukan pengrusakan dan penganiayaan, dan sebagainya," ujar Barung kepada wartawan di Mapolda Jawa Timur, Selasa (20/2).
Kasus di Tuban misalnya. Dijelaskan perwira tiga melati di pundak ini, peristiwa itu terjadi ketika ada seseorang yang ingin berobat kepada salah satu Gus (panggilan untuk anak kiai).
Pelaku, lanjutnya, sering berobat. Tapi karena menunggu lama, mulai pagi sampai malam belum dilayani, dia marah dan melakukan pengerusakan.
"Itu adalah kasus yang paling betul-betul kentara sekali. Bahwa itu bukan penyerangan," tegasnya.
Sementara di Lamongan, kejadian bermula dari seseorang yang diduga gila, diminta menyingkir dari tempat ibadah. Namun yang bersangkutan marah dan mengejar kiai yang mengusirnya. "Tidak ada penganiayaan. Yang ada hanyalah insiden yang sengaja dibesarkan. Kiai sendiri sudah menyatakan," ucapnya.
Meski demikian, Barung mengaku Polda Jawa Timur tetap mewaspadai semua kejadian tersebut. Sebab ada dugaan, bahwa ada yang sengaja membesar-besarkan kasus ini untuk mengusik ketentraman Jawa Timur. "Kami belum menyebutnya pihak lain, tetapi ada isu ini sengaja disebar, itu jelas," sesal Barung.
Mengelar razia orang gila
Untuk mengantisipasi kejadian susulan yang dikhawatirkan bisa memicu reaksi publik dan mengganggu kondusifitas Jawa Timur di masa kampanye Pilkada Serentak 2018, Barung mengaku, pihaknya tengah mengambil langkah cepat, berinisiatif melakukan razia di beberapa daerah kabupaten/kota.
Karena sasaran razia adalah orang-orang gila yang berkeliaran di jalan-jalan, Dinas Sosial pun dilibatkan. "Kita bekerjasama dengan Dinas Sosial di masing-masing kabupaten untuk melakukan razia terhadap orang-orang gila," ungkap Barung.
Selain itu, untuk menjaga kerawanan, Polda Jawa Timur juga bekerjasama dengan TNI, termasuk berkoordinasi dengan pihak Korem dan Kodim, dalam hal pengamanan terhadap simbol-simbol maupun tokoh agama. "Kita kawal semua pesantren. Apa kebutuhan pesantren akan kita penuhi dalam rangka pengamanan," tegasnya.
Sebelumnya, pihak kepolisian tengah melakukan penyelidikan kasus penganiayaan terhadap pengasuh Ponpes Karangasem, Lamongan, KH Hakam Mubarok yang terjadi pada Minggu (18/2). Kasus ini sempat viral di media sosial. Dari pendalaman polisi, pelaku diduga menderita sakit jiwa, karena selalu bicara tidak jelas.
Baca juga:
Polisi periksa kejiwaan penganiaya kiai di Lamongan
Keluarga jelaskan kabar dua kiai Ponpes Al Falah Kediri diteror
Polisi pastikan pria yang aniaya KH Hakam Mubarok di Lamongan sakit jiwa
Cegah penganiayaan, Kapolrestabes Bandung minta anggota salat berjemaah di masjid
Polisi di Tangerang diperintahkan menginap di rumah ulama