Polisi tak boleh kalah lawan suporter bola anarkis
Cara yang dipakai polisi selama ini dinilai salah dalam menghadapi suporter anarkis.
Permusuhan abadi antara suporter Aremania dan Bonek memasuki babak baru. Jika dulunya berawal dari rivalitas di lapangan, kini sudah berubah total dan menjadi bentrok di jalanan. Peristiwa kali ini terjadi di Jembatan Suramadu
Fakta menunjukkan, gesekan aksi sweeping yang dilakukan sekelompok orang pada kendaraan berplat nomor N di Jembatan Suramadu. Bahkan, tindakan sekelompok orang tersebut merupakan tindakan murni dan tidak mengandung unsur aktivitas suporter.
Potensi adanya kekerasan sudah sangat serius dan tak bisa dihindarkan. Sejumlah aparat keamanan pun diterjunkan untuk mengantisipasi bila ada tindak sweeping susulan.
Melihat sering kalinya ulah kedua suporter ini membuat resah masyarakat di sekitarnya. Bahkan, aparat penegak hukum terkesan kalah dengan para suporter tersebut.
Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar menilai, selama ini aparat penegak hukum selalu mengedepankan aksi kekerasan di hadapan para suporter. Padahal, cara tersebut tidak menyelesaikan permasalahan.
"Pendekatan pengamanan oleh aparat hukum selalu menggunakan kekerasan, justru ini merangsang para suporter menjadi keras dan melawan. Yang terjadi kekerasan terus meningkat bukan menurun akibat kejadian bentrok suporter," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Jumat malam (6/5).
Menurutnya, cara kekerasan yang dilakukan aparat penegak hukum untuk menyelesaikan bentrokan para suporter dinilai salah kaprah. Sebab, cara tersebut justru meningkatkan emosi dan menunjukkan kekuatan masing-masing dari para suporter.
"Begini sepak bola di dunia ini menimbulkan kecintaan tinggi, hal hal yang menjadi kecintaan yang tinggi apabila bertemu di arena mudah timbul benturan kepentingan pandangan saling kebanggaan sehingga bisa menimbulkan bentrokan," jelas dia.
Bambang menambahkan, keributan antar suporter sepak bola di Indonesia sebenarnya bisa dicegah apabila aparat penegak hukum dapat melakukan pendekatan secara persuasif. Salah satunya dengan menggunakan cara kebersamaan dan manusiawi.
"Aparat penegak hukum juga jangan langsung mencurigai, menyamar pakaian preman juga bisa. Polisi juga harus memantau dan mengambil cepat tindakan apabila dirasa kondisi sudah ekstrem," jelas dia.
Cara lainnya, dengan para suporter dibina oleh klub kebanggaannya. Karena dengan cara itu, mereka jauh lebih memiliki rasa kebersamaan dan kemanusiaan. Cara seperti inipun sudah berhasil dilakukan oleh sejumlah negara. Di samping pemerintah Indonesia juga harus memperbaiki infrastruktur lapangan sepak bola.
"Di Inggris, Amerika dan Prancis masalah juga dalam pengamanan terus mereka melakukan pembenahan di stadion dengan membangun tembok besar sehingga para suporter dapat dibatasi," ungkapnya.