Polisi temukan 155 buku ISIS di kediaman penyerang Polda Sumut
Saat dilakukan penggeledahan di rumah pelaku atas nama Syawaludin Pakpahan (43), polisi menemukan sejumlah barang bukti. Salah satunya ditemukan 155 buku tulis bersampulkan lambang ISIS.
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) merilis sejumlah barang bukti dari para pelaku penyerangan Polda Sumatera Utara. Dari tangan pelaku di tempat kejadian perkara, polisi hanya menemukan sebilah pisau yang digunakan untuk membunuh korban Aiptu Martua Singgalingging.
Saat dilakukan penggeledahan di rumah pelaku atas nama Syawaludin Pakpahan (43), polisi menemukan sejumlah barang bukti. Salah satunya ditemukan 155 buku tulis bersampulkan lambang ISIS.
"Di rumah pelaku SP kami menemukan buku-buku tentang ajaran radikal dan beberapa yang ada kaitannya dengan pelaku," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (30/6).
Buku-buku yang ditemukan tersebut merupakan buku tulis dengan sampul yang bertuliskan propaganda untuk ikut dalam kelompok ISIS. Pada bagian depan misalnya bertuliskan khotbah Jumat yang disampaikan Khalifah Abu Bakar Al Baghdadi yakni 'Kabarkanlah keseluruh murtadin di negeri-negeri muslim, ini adalah hari-hari terakhir mereka dan kabarkan ke setiap orang-orang kuffar kami tidak main-main lagi'.
Sementara pada sampul bagian belakang juga terdapat potongan hadis riwayat muslim yakni 'barang siapa yang mati sedangkan ia belum pernah berjihad atau tidak meniatkan diri untuk berjihad maka ia mati di atas satu cabang kemunafikan'. Tak hanya itu, di setiap halaman buku tersebut juga bertuliskan petikan arti ayat Alquran.
Seperti potongan surat Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi 'Diwajibkan atas kalian untuk berperang (2:216) dan potongan surat Al Maidah ayat 44 'Manusia-manusia yang berhukum bukan pada hukum Allah SWT adalah Kafir'.
"Dari cover sudah kelihatan artinya sudah ada penggiringan dengan paham tertentu. Siapapun yang direkrut oleh mereka baik orang tua, remaja atau anak-anak dengan memegang buku tersebut jelas afiliasinya ke Mana dan diarahkan kemana," ujar Rikwanto.
Buku-buku tersebut sengaja dicetak SP untuk dibagikan kepada anak-anak dalam rangka menularkan paham-paham radikal sekembalinya dari Suriah. Salah satu buku tersebut terdapat tulisan anak-anak yang diduga mempelajari bahasa Inggris.
Namun hingga kini pihaknya mengaku masih mendalami tempat pencetakan buku-buku tersebut.
"(Tempat percetakan) masih kita lacak apakah dicetak di Sumut atau tempat lain," kata dia.
Rikwanto menambahkan pola penyebaran paham radikalisme sengaja menyasar anak-anak lantaran dianggap masih bersih dan mudah disusupi paham radikal. Anak-anak pun nanti diberikan seragam, diberikan senjata dan didoktrin paham radikal.
"Paling efektif merekrut anak-anak karena mereka masih bersih, dimasuki dan disusupi ideologi itu. Diharapkan mereka bisa melihat mana kawan mana lawan," tutur Rikwanto.
Adapun sejumlah barang bukti lainnya yang ditemukan dari para pelaku yakni sebuah senapan angin, 2 pisau dapur, sepasang sandal jepit, 2 korek gas, 2 buah ponsel, sebuah tas pinggang berwarna hitam, KTP atas nama Saifuddin Lingga, sebuah kartu anggota yayasan Letupan Indonesia atas nama Siti Rahmah Fadilah, plat master cetakan buku, sepeda motor, satu unit komputer dan dokumen pembayaran kredit pembayaran pinjaman.