Polres Samarinda diduga lalai sampai napi sakit tewas dalam sel
Sayid Muhammad Talib (22), mahasiswa Politeknik Pertanian Samarinda asal Kabupaten Tana Tidung (KTT), Kalimantan Utara, ditemukan tewas di dalam sel tahanan Polresta Samarinda, Kalimantan Timur. Korban diduga mengalami sesak napas lantaran tidak menerima perlakukan baik di dalam penjara.
Sayid Muhammad Talib (22), mahasiswa Politeknik Pertanian Samarinda asal Kabupaten Tana Tidung (KTT), Kalimantan Utara, ditemukan tewas di dalam sel tahanan Polresta Samarinda, Kalimantan Timur. Korban diduga mengalami sesak napas lantaran tidak menerima perlakukan baik di dalam penjara.
Sayid bersama dengan 3 rekannya, masuk penjara lantaran mencuri 4 unit proyektor milik kampus mereka. Kasus dilaporkan pihak kampus ke Polsekta Samarinda Seberang pada 20 Maret 2017. Meski para pelaku sudah mengembalikan barang mereka curi, tetap saja mereka dijemput polisi sehari kemudian.
"Karena tidak menyangka yang mencuri mahasiswanya, pihak kampus sudah berniat mencabut laporannya, karena berkeinginan menyelesaikannya secara akademik," kata kuasa hukum keluarga korban, Saut Marisi Halomoan, kepada wartawan saat ditemui di Polresta Samarinda, Rabu (26/4).
"Upaya permintaan cabut laporan pada tanggal 22 Maret 2017, ditolak karena kasus itu bukan delik aduan," tambah Saut.
Di dalam sel penjara, Sayid mengalami sesak napas dan keram tulang. Oleh keluarganya di KTT, meminta kepolisian untuk membantarkan Sayid ke rumah sakit. Pada tanggal 19 April 2017 lalu, Sayid diperiksa salah seorang dokter di Polsekta Samarinda Seberang.
"Tapi dibilang dokter, Sayid biasa-biasa saja. Oleh Kapolsek, dipindah ke Polresta Samarinda, agar lebih dekat dengan klinik di Polres," ujar Saut.
"Tanggal 19 April 2017 sore, Sayid kemudian dipindah ke Polresta. Kemudian, mengalami sesak napas lagi, disertai kram kaki. Tapi saat itu, tabung oksigen habis, dan temannya satu sel yang bersama-sama diamankan terkait kasus pencurian di kampus itu, lapor ke pos jaga sel tahanan. Namun jawaban kurang bersahabat saat itu," tambahnya.
Kondisi Sayid semakin buruk, hingga menghembuskan napas terakhirnya sekira jam 4 pagi tanggal 20 April 2017. Kondisinya pucat, dicek nadi tidak ada tanda-tanda.
"Dia dicek oleh Agus, yang memang teman dekatnya di sel. Banyak, banyak saksi yang tahu, yang juga penghuni satu sel di sel Polresta. Sesuai SOP, Sayid dibawa ke rumah sakit Dirgahayu. Sudah dilakukan treatment, tapi memang sudah tidak bernyawa lagi sejak di sel," ungkap Saut.
Meninggalnya Sayid di dalam sel, menyebar cepat ke kampungnya di KTT, berjarak cukup jauh dari Samarinda, dan berpenduduk hanya puluhan ribu jiwa. "Polres mesti berikan kepastian kematiannya. Lalai, atau bagaimana?" sebut Sayid.
"Bagaimana prosedur penanganan tahanan sakit di dalam sel bagaimana? Kenapa dibiarkan sakit, tidak tertangani cepat? Kami laporkan ke Provost Polresta Samarinda, Kapolri, Kapolda Kaltim, Divisi Propam Polda Kaltim, Komnas HAM, dan hingga ke Presiden Jokowi," demikian Saut.
Sayid Muhammad Talib, merupakan putra dari pasangan Sayid Agil (47) dan Rubiyah (42), seorang nelayan di Sesayap, KTT, provinsi Kalimantan Utara.