Polri anggap teguran dan ambil senjata anak buah sesuai SOP
Penembakan itu dipicu karena Susanto ingin mengambil paksa senjata miliknya dari tangan Pamudji.
Brigadir Susanto akhirnya mengakui bahwa memang dirinya yang menembak Kayanma Polda Metro Jaya AKBP Pamudji hingga tewas sesaat setelah pesta pora pergantian Kapolda Metro Jaya, Selasa (18/3) malam.
Kepada penyidik, Susanto mengatakan dirinya sakit hati lantaran tidak mendapatkan apresiasi dari pimpinan terhadap apa yang ia kerjakan. Pamudji menegur Susanto dan menyita senjata api yang ia pegang.
Terkait hal itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menerangkan teguran serta mengamankan senjata anak buah merupakan hal wajar yang dilakukan pimpinan di tubuh Korps Bhayangkara.
"Tegur dan ambil senjata itu SOP (Standar Operasional Prosedur) yang biasa dilakukan," ungkap Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Senin (24/3).
Rikwanto menambahkan, saat peristiwa nahas tersebut terjadi Susanto merasa senjata api tersebut adalah miliknya. Maka, ia ingin mengambilnya lagi. Apalagi Susanto merasa sudah berpakaian dinas lengkap dan menjalankan perintah Pamudji.
"Dia (Susanto) merasa itu senjatanya. Karena sudah pakai dinas berhak ambil," sambung mantan Kapolres Klaten, Jawa Tengah, ini.
Namun Rikwanto menilai proses pengambilan senjata yang dilakoni Susanto kepada Pamudji memang tidak pantas.
"Karena tidak minta baik-baik," tegasnya.
Lantaran dinilai tak pantas, tambah Rikwanto, Pamudji pun bereaksi mempertahankan pistol itu. Tak pelak, terjadilah rebutan.
"Bahkan, tangan keduanya sempat ke atas dan tertembak pertama mengenai dinding TKP," papar Rikwanto.
Akhirnya, Susanto berhasil menguasai senjata itu dan diduga langsung menembakkannya ke Pamudji.
"Senjata direbut, Pamudji agak ke bawah di situlah dia ditembak. Tembakan kedua yang membunuh AKBP Pamudji," ujarnya.
Lebih jauh Rikwanto mengatakan, untuk menggali motif memang tidak mudah. Tidak bisa diasumsikan karena terlalu lama berdinas di salah satu kesatuan atau mendapat teguran sebagai pemicunya.
"Motif didalami, tapi sementara motifnya dia mau ambil (senpi) seperti itu. Tidak mungkin Pamudji berkata kasar dan tidak terkontrol," pungkas Rikwanto.