Polri: Preman marak karena urbanisasi
Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, premanisme adalah penyakit masyarakat yang saat ini sedang jadi prioritas Polri.
Aksi para preman kian meresahkan. Bahkan, mantan personel Kopassus Serka Heru Santoso tewas akibat cekcok dengan sejumlah preman di Hugo's Cafe. Hal itu lantas dijadikan alasan 11 personel Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Kartasuro untuk menembak mati empat pelaku di Lapas Cebongan, Sleman, DIY.
Menanggapi hal itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri, Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, premanisme adalah penyakit masyarakat yang saat ini sedang jadi prioritas Polri.
"Premanisme ini dikategorikan masalah hukum dan sosial, karena dalam premanisme ada yang terkait pelanggaran hukum oleh kelompok orang dan individu dalam melanggar ketertiban, pidana pemerasan, penganiayaan, dan pembunuhan," kata Boy di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (9/4).
Boy mengatakan, salah satu penyebab maraknya premanisme adalah proses urbanisasi. Banyak orang yang datang ke kota besar untuk mencari pekerjaan namun tak dibekali dengan kemampuan yang cukup.
"Mereka tidak dibekali kemampuan yang cukup dan harus berjuang di ibu kota untuk jalani kehidupan. Dari situ banyak muncul orang yang belum punya pekerjaan tetap. Mereka cari kerja namun belum punya keterampilan. Maka mereka jadi petugas parkir, menjaga lokasi tertentu tapi tidak terkoordinir," ujar Boy.
Pihaknya akan terus berupaya memberantas premanisme. Namun demikian, harus ada sinergi dari pemerintah daerah (Pemda) agar persoalan tersebut bisa teratasi.
"Karena kedatangan penduduk dari luar kota, urbanisasi, akan terus terjadi. Harus ada upaya konkret jadi mereka bisa terkoordinir. Jangan sampai kegiatan mereka di luar batas," tegas Boy.