Polsek Makassar sebar foto Rudi, bapak yang tega bunuh anak kandung
Penyebaran foto ini atas desakan warga sekitar yang ingin tahu seperti apa wajah pelaku,
Rudi Haeruddin, penganiaya hingga tewas anak kandungnya masih buron. Polsek Makassar lalu menyebarkan foto Rudi dengan harapan bisa segera ditemukan dan diringkus atas bantuan informasi masyarakat yang bisa mengenali wajah pelaku.
Kapolsek Makassar, Kompol Sudaryanto, Sabtu, (11/7) menjelaskan, ada 100 lembar lebih gambar atau foto pelaku yang telah disebar sejak semalam hingga pagi tadi.
"Kalau di wilayah hukum Polsek Makassar, hampir semua titik jadi lokasi penyebaran foto tersebut. Tetapi juga disebar di wilayah lain seperti di wilayah Kecamatan Rappocini, Tamalate dan Biringkanaya. Titik-titik itu diperkirakan bisa jadi tempat pelarian pelaku," kata Kompol Sudaryanto.
Penyebaran foto ini, imbuhnya, atas desakan warga sekitar yang ingin tahu seperti apa wajah pelaku, sekiranya mereka bisa membantu polisi untuk menangkap pelaku.
Pelaku saat ini diduga masih berada di satu tempat di Makassar. Diperkirakan pelaku, warga Jalan Rappocini Raya itu ketakutan pasca meninggal putri sulungnya akibat penganiayaan yang dilakukan, Selasa, (7/7) lalu sehingga memilih sembunyi dari kejaran polisi.
Adapun jika pelaku keluar dari Kota Makassar, kata Kompol Sudaryanto, pihaknya telah mengantisipasi lebih awal. Telah dilakukan koordinasi internal dengan jajaran kepolisian di daerah-daerah yang memungkinkan jadi tempat pelarian pelaku seperti Kabupaten Jeneponto, daerah asalnya.
Mengenai istri dan anak-anak korban yang lain, polisi telah berkoordinasi dengan unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar.
"Istri dan anak-anak pelaku saat ini masih terpukul dan juga takut kalau-kalau pelaku datang untuk balas dendam sehingga butuh konseling. Olehnya kita serahkan hal ini ke unit PPA Polrestabes Makassar untuk memberikan pendampingan dan konseling," jelas Kompol Sudaryanto.
Diketahui, Rudi Haeruddin adalah pelaku penganiaya hingga tewas putri sulungnya, Tiara, bocah kelas V SD. Diduga hanya karena persoalan sepele, dia emosi karena sang anak lama meninggalkan rumah dalam kondisi terkunci.