Prabowo Ingin Indonesia Produksi BBM dari Singkong, Ini Jawaban Menteri ESDM
menteri ESDM menilai untuk mencapai B100 diperlukan peningkatan bertahap.
Prabowo Ingin Indonesia Produksi BBM dari Singkong, Ini Jawaban Menteri ESDM
Presiden terpilih Prabowo Subianto menginginkan Indonesia memproduksi bahan bakar B100 persen yang bisa diproduksi dari nabati singkong maupun tebu.
- Prabowo Ingin Indonesia Bisa Produksi Mobil, Motor hingga Komputer Sendiri
- Prabowo Ingin Ubah Mekanisme Subsidi BBM Pertalite Jadi BLT, Kementerian ESDM Jawab Begini
- Prabowo Ingin Buat BBM dari Tebu dan Singkong, Anak Buah Menko Airlangga Ungkap Sederet Tantangannya
- Prabowo Singgung Indonesia Butuh SDM Keamanan Siber, Ini Tugas dan Gajinya
Hal ini bertujuan agar Indonesia tidak lagi impor bahan bakar dari luar negeri.
Namun Menteri ESDM Arifin Tasrif menilai, saat ini pembaruan bahan bakar di Indonesia baru dilakukan secara bertahap. Setelah dengan B35, tahun depan hanya baru bisa ke B40.
"Kita kan baru saja dari B30, B35, ini sekarang mau ke B40 nih. Mudah-mudahan tahun depan bisa ke B40," kata Arifin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (16/5).
"Kita sudah siap dengan B40, sudah test segala macam," sambungnya.
Menurutnya, untuk mencapai B100 diperlukan peningkatan bertahap. Selain itu, perlu melihat juga ketersediaan material.
"Kan kita harus dengan setiap ada peningkatan-peningkatan itu lalu kita lihat dari balance kesediaan material dan pasar," ujarnya.
Arifin belum bisa memastikan apakah B100 dapat dicapai dalam lima tahun ke depan. Sebab, hal ini perlu penelitian dan dilakukan uji coba.
"Kita harus melakukan penelitian dari laboratorium kemudian demonstrasinya," jawab dia.
Meski begitu, Arifin mengapresiasi cita-cita Prabowo terkait kedaulatan energi dalam negeri. Dia berkata, sumber daya alam harus dimanfaatkan agar Indonesia tidak tergantung negara lain.
"Memang kita harus pakai sumber apa yang ada di kita, kita manfaatkan supaya kita tidak tergantung dan bisa mengamankan kebutuhan energi," pungkasnya.
Sebelumnya, Prabowo pada masa kampanye Pilpres 2024 lalu sempat membeberkan janjinya untuk membawa Indonesia mewujudkan swasembada energi
dengan memanfaatkan energi hijau dan terbarukan yang saat ini telah dilakukan pemerintah.
"Kita dengan kehendak politik yang baik, yang tegas, yang teguh dan yang berani dan dengan manajemen yang baik, tidak lama lagi kita bisa swasembada energi," kata Prabowo saat acara Relawan Gerakan Ekonomi Nasional Prabowo-Gibran atau Genderang di Jakarta, Senin (29/1).
Prabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia. Sehingga, ke depan Indonesia tidak perlu impor bahan bakar minyak (BBM).
"Kita tidak perlu impor BBM lagi dari luar negeri. Dan yang luar biasa, nanti BBM kita adalah dari bio, dari tanaman akan menjadi clean energy, akan jadi green energy. Beberapa pakar dari luar negeri, di antaranya dari Brazil, mereka sudah pelajari kondisi kita," kata dia.
"Kita mungkin nanti salah satu dari sedikit negara yang BBM-nya bisa 100 persen green dan renewable, terbarukan. Jadi hijau dan terbarukan," tambahnya.
Prabowo pun meyakini dengan memanfaatkan program hilirisasi untuk kepala sawit, maka hasil biosolar dari semula B35 bahan bakar campuran nabati minyak kelapa sawit berkadar 35 persen, menjadi 100 persen atau B100.
Tak hanya itu, lanjut dia, bahan untuk bensin juga akan dikembangkan agar bisa memanfaatkan hasil sumber daya alam dari nabati seperti tebu dan aren.
"Dari mana? Solar? Bisa 100 persen dari kelapa sawit. Kemudian bensin bisa dari tebu, singkong, dari aren, kita bisa 100 persen bensin dari dalam negeri"
"Sekarang dengan solar, B35 saja kita sudah menghemat kurang lebih USD10 miliar tiap tahun,"
pungkasnya.
Menteri Pertahanan (Menhan) itu menyebut penggunaan bahan bakar berbasis nabati akan mampu menghemat anggaran hingga USD 25 miliar per tahun.
"Dan kita sudah mampu bikin B35 dan kita sudah mampu bikin B100, biosolar 100% dari kelapa sawit. Kalau itu terjadi kita akan menghemat USD 25 miliar tiap tahun. Tidak ke luar negeri, USD 25 miliar akan beredar di Indonesia," tuturnya.