Preman kampung tewas dibacok penjahit langganan polisi
"Timbul mati, warga kampung senang, karena dia dikenal preman. Tapi yang apes saya, masuk penjara," keluh Aziz.
Satu dari tiga pelaku pembantaian satu keluarga, yang dikenal sebagai premannya Jalan Jemursari Wonosari Gg Lebar, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, berhasil dibekuk anggota Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya. Tersangka sendiri, dikenal sebagai penjahit yang pernah mengontrak di rumah korban.
Tersangka itu adalah Aziz Hariyanto (37), asal Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Dia ditangkap anggota Resmob Polrestabes Surabaya saat melarikan diri di daerah Banyuwangi. Sementara dua tersangka lainnya, yaitu Hasan (22) dan Mad Saat (45), masih dalam pengejaran alias buron.
Dijelaskan Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Setija Junianta, awalnya, tersangka Aziz, yang berprofesi sebagai tukang permak jeans mengontrak rumah korban, Timbul (58), warga Jemursari Wonosari Gg Lebar.
Saat masa kontrak tersangka habis, korban tidak berniat mengontrakkan lagi rumahnya kepada tersangka. "Tapi oleh korban rumahnya ini justru dikontrakkan kepada keluarga korban yang juga berprofesi sama seperti tersangka (penjahit)," jelas Setija di Mapolrestabes Surabaya, Selasa (3/3).
Sebelum kejadian, masih kata dia, tersangka Aziz sempat pulang ke Probolinggo untuk mengambil dua bilah celurit, untuk kemudian disimpan di rumah kontrakannya yang baru dan tidak jauh dari rumah korban.
"Kemudian terjadi perkelahian antara tersangka dengan korban, yang kejadiannya pada hari Rabu, tanggal 25 Febuari, sekitar pukul 19.30 WIB di lokasi kejadian, yaitu di Jalan Jemursari Wonosari Gg Lebar," jelasnya.
Dalam peristiwa itu, Timbul tewas di lokasi kejadian dengan kondisi luka bacok di bagian tubuhnya. Sementara anak korban, yaitu Didik Hariyanto (26) dan Noven Hariyanto (16), dalam kondisi kritis juga akibat luka bacok serta dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya.
Saat kejadian, tersangka Aziz dibantu rekannya yang juga pegawainya sendiri, yaitu Hasan dan Mat Saat, yang merupakan ayah kandung tersangka Hasan. "Jadi peristiwa ini bermotif sakit hati," tandas Setija.
Sementara pernyataan berbeda diungkap tersangka Aziz. Dia mengatakan, sebelum pindah kontrakan dari rumah korban, sempat diancam korban Timbul. "Kamu kalau pindah dari sini, tak bacok. Dan karena ancaman itu saya pulang ambil celurit," akunya menirukan ancaman Timbul waktu itu.
Kembali dia menceritakan, Timbul memaksa tersangka untuk tetap tinggal atau memperpanjang kontrakannya dengan harga Rp 15 juta per lima tahun. Padahal, awalnya hanya Rp 4 juta per tahun. Karena terlalu mahal itulah, tersangka pindah kontrak, tapi tetap di sekitar lokasi dengan alasan agar pelanggannya tidak lari ke penjahit lain.
"Bulan Desember 2014, saya sudah pindah dan tidak ada masalah. Tapi tiba-tiba, saat saya mengantar pesanan permak jeans di desa, Hasan pegawai saya yang sendirian di rumah kontrakan didatangi Didik dan Noven (anak Timbul)."
"Hasan dikeroyok. Kemudian dia nelepon saya dan bilang dipukuli sama anak pemilik kontrakan yang lama. Dia juga minta saya mengajak ayahnya (Mat Saat) datang Surabaya," paparnya dengan logat Suroboyoan.
Pada tanggal 25 Febuari, Mat Saat dan Aziz menanyakan ke Timbul, kenapa Hasan dipukuli dua anaknya tersebut. "Ternyata, belum sempat menanyakan masalah itu, Didik dan Noven langsung mengeroyok dari belakang. Dan terjadilah duel. Kemudian Saat bilang ke saya: Ziz, clurit yang kamu bawa ambilen dan terjadilah peristiwa itu. Setelah itu kita kabur," ungkapnya.
Aziz juga mengatakan, selama ini, Timbul dikenal sebagai preman kampung dan sangat ditakuti. "Timbul mati, warga kampung senang, karena dia dikenal preman. Tapi yang apes saya, masuk penjara," keluh penjahit yang kerap menerima job menjahit seragam anggota polisi tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Rabu malam (25/2) lalu, warga Jemursari Wonosari Gg Lebar, dikejutkan dengan peristiwa pembantaian bapak dan dua anak, yang tercatat sebagai warga setempat. Si bapak, tewas di lokasi kejadian dengan luka bacok.
Sementara dua anaknya, yang juga sama-sama menderita luka bacok langsung dilarikan ke RSUD dr Soetomo Surabaya, karena kondisinya kritis dan tidak sadarkan diri.