Puluhan tokoh nasional minta dua capres terima keputusan KPU
Puluhan tokoh itu tergabung dalam Gerakan Kemenangan Rakyat yang mendukung agar pilpres bisa berakhir dengan baik.
Gerakan Kemenangan Rakyat Indonesia yang berisi para tokoh lintas agama, budayawan, ekonomi hingga artis menyampaikan pentingnya untuk menjaga penghitungan rekapitulasi suara pada 22 Juli nanti di Komisi Pemilihan Umum ( KPU ). Puluhan tokoh itu mengkhawatirkan akan adanya potensi kerusuhan antar kedua pendukung capres dan cawapres.
"Untuk kita ketahui 9 Juli kemarin sangat baik dan lancar, kami ingin mempertahankan sampai saat pengumuman dan setelah pemilu. Kami prihatin merasa kekhawatiran, rumor-rumor bahwa sesuatu akan terjadi 22 Juli," kata Juru Bicara Gerakan Kemenangan Rakyat Indonesia Abdillah Toha saat jumpa pers kepada wartawan di Jalan Sisingamangaraja No 5 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, (17/7).
Pendiri Partai Amanat Nasional ini meminta kepada kedua kubu capres untuk tidak mengganggu pada proses penghitungan suara. "Kami di sini menekankan untuk mendukung pemilihan umum ini berjalan dengan baik," tuturnya.
Diketahui acara ini dihadiri sejumlah para tokoh diantaranya, Abdillah Toha, Eros Djarot , Gomar Gultom, Abetnego Tarigin, Erry Ryana, Azyumardi Azra, Fikri Jufri, Emil Salim, Jend (purn) Endriartono Sutarto , Slamet Rahardjo, Goenawan Mohamad , Franz Magnis Suseno , dan Wanda Hamidah.
Berikut isi pernyataan yang disampaikan Gerakan Kemenangan Rakyat:
1. Kami percaya bahwa KPU telah bekerja dengan baik, netral, dan bersungguh-sungguh. Keputusan KPU harus diterima oleh kedua calon presiden.
2. Kami merasa situasi menuntut kedua calon presiden bersedia bertemu dan menyatakan secara bersama bahwa mereka akan menerima hasil keputusan KPU .
3. Kami percaya bahwa masyarakat, termasuk kedua calon presiden dan para pendukungnya akan menjaga kondisi damai dan menolak tindakan kekerasan.
4. Kami mendesak agar pemerintah dan aparat keamanan netral dan profesional dalam menjaga keamanan dan ketertiban umum.
Jakarta, 17 Juli 2014.