Rakyat makin susah, koruptor tambah subur, reformasi gagal!
Rakyat Indonesia makin kecewa dengan reformasi yang sudah bergulir 15 tahun.
Selama 15 tahun bergulirnya reformasi, kepuasan masyarakat terhadap agenda reformasi terus mengalami penurunan setiap tahun. Berbagai hal menyebabkan rendahnya kepuasan publik terhadap reformasi. Salah satunya adalah, maraknya korupsi yang dilakukan oleh para politikus.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat, terdapat lima alasan rendahnya kepuasan publik terhadap pelaksanaan reformasi.
"Pertama, maraknya kasus korupsi yang melanda politisi. Sudah hampir tiga tahun terakhir, publik disuguhi parade praktik korupsi yang dilakukan oleh para politisi di media massa," kata Peneliti LSI Ardian Sopa, saat memaparkan hasil survei LSI di kantor LSI, Jalan Pemuda nomor 70. Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (26/5).
Alasan kedua, kerukunan dan toleransi pada masa reformasi makin memprihatinkan. Konflik horizontal berbasis primordial juga masih sering terjadi di Indonesia.
"Misalnya kekerasan terhadap kelompok Syiah di Sampang, penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik, pelarangan terhadap aktivitas ibadah dan gereja di Bogor dan Bekasi."
Kehidupan ekonomi yang semakin sulit di paskareformasi menjadi alasan ketiga turunnya kepuasaan publik terhadap reformasi. Sementara, alasan keempat, reformasi dianggap gagal melahirkan pemimpin nasional yang kuat.
Alasan terakhir, rendahnya tingkat kepuasaan publik terhadap reformasi adalah, tidak tersentuhnya aktor intelektual dalam kasus orang hilang menjelang reformasi.
Ardian menjelaskan, sebanyak 51.3 persen publik mengetahui bahwa pengusutan kasus penembakan mahasiswa Trisakti dan penculikan aktivis pada 1998 adalah salah satu tuntutan reformasi.
"Dari mereka yang mengetahui tersebut, 55.7 persen menyatakan tuntutan pengusutan kasus penembakan dan penculikan aktivis belum terpenuhi."
Hasil survei yang dilakukan LSI dengan menggunakan quick poll dengan smartphone LSI kepada 1.200 responden, dengan menggunakan metode sampling multistage random sampling. Margin of error mencapai 2.9 persen. Survei digelar 21 hingga 23 Mei 2013.