Rakyat minta pemerintah tetapkan puasa & Lebaran jauh-jauh hari
Biasanya, pemerintah menentukan hari Lebaran satu hari sebelumnya.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei mengenai penentuan awal Ramadan dan hari raya Idul Fithri yang dilakukan oleh pemerintah melalui sidang Isbat satu hari jelang Lebaran. Hasilnya, mayoritas publik menginginkan agar penentuan awal Ramadan dan Lebaran dilakukan jauh hari.
Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, sebanyak 52,05 persen ingin puasa dan Lebaran ditentukan semenjak pergantian kalender masehi. Sementara 34,10 persen ingin penentuan dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan seperti yang kini dilakukan pemerintah melalui Kementerian Agama.
"52,05 Persen menginginkan penentuan puasa dan Lebaran dilakukan jauh-jauh hari untuk kepastian satu Ramadan. Hanya 34,1 persen yang menginginkan Lebaran ditentukan mendekati pelaksanakan H-1," jelas Rully saat merilis hasil survei di Kantornya, Rawamangun, Jakarta, Minggu (18/8).
Dari temuan tersebut, LSI mencoba kembali melakukan breakdown dengan segmen jenis kelamin. Di mana, kata dia, mayoritas perempuan yang menginginkan penentuan awal puasa dan Lebaran dilakukan jauh hari.
"Sebanyak 47,9 persen laki-laki menginginkan jauh-jauh hari. Perempuan 57,33 persen, mereka sebagai bendahara di rumah lebih sibuk saat mendekati awal Ramadan, beli baju, mudik dan lain-lain. Mereka mengatur keuangan. Itulah kenapa segmen perempuan lebih tinggi," tegas dia.
Hasil riset ini dilakukan dengan menggunakan metode samling multistage random sampling. Jumlah responden awal 1200 responden. Pengumpulan data dilakukan sejak 13-14 Agustus 2013, menggunakan wawancara Handset (quickpoll) dengan margin of error sebesar 2,9 persen.