Ramadan, Gamelan buatan Sunan Kalijaga berusia 300 tahun dimandikan
8 abdi dalem membersihkan gamelan dengan air yang merupakan campuran dari bahan batu hijau, bensin, kalsit, asam kawak.
Memasuki bulan suci Ramadan 1437 H, sebanyak 11 perangkat gamelan kuno yang berusia ratusam tahun di Istana Mangkunegaran Solo dijamasi atau dimandikan. Jamasan dilakukan sejak hari Jumat pekan lalu di sisi timur Pendapa Agung istana pecahan Keraton Surakarta tersebut. Sekitar 8 orang abdi dalem membersihkan gamelan dengan air yang merupakan campuran dari bahan batu hijau, bensin, kalsit, asam kawak dan lansol.
Sebelum dimulai proses jamasan, terlebih dahulu dilakukan wilujengan. Selain sesaji dengan membakar kemenyan, juga dipanjatkan doa dan tasyukuran agar proses penjamasan berjalan dengan lancar. Sebuah tumpeng yang berisi nasi kuning lengkap dengan gudangan serta lauk pauk lainnya dibagikan kepada para abdi dalem yang akan melakukan jamasan.
Usai dibersihkan dengan air campuran, gamelan dibilas dengan air kembang setaman yang telah didoakan dan dikeringkan. Sesudah kering, gamelan tersebut dikembalikan ke tempat semula di Pendapa Ageng. Tak hanya gemelan yang dijamas, kain penutup juga dicuci dengan air kembang setaman. Sedangkan tempat gamelan hanya dibersihkan dengan sebuah cairan pembersih dan dilap dengan kain halus.
Abdi dalem Pariwisata Mangkunegaran, Joko Pramudyo menjelaskan ada 11 perangkat gamelan yang disucikan atau dijamas. Yakni Kyai Kanyut Mesem, Kyai Nogo Liman, Kyai Pamerdasih, Kyai Windu Segoro, Kyai Precet, Kyai Lipur Sari, Kyai Udan Asih, Kyai Udan Arum, Kyai Basworo, Kyai Merdu Sari Suworo, dan Kyai Tombo Eneng. Dari kesebelas gamelan tersebut, jelas Joko, Kyai Kanyut Mesem yang berasal dari Kerajaan Demak, merupakan gamelan tertua atau berusia lebih dari 300 tahun.
"Ini kegiatan yang kami lakukan setiap setahun sekali, setiap Bulan Ramadan, gamelan-gamelan ini dijamasi. Sebagai umat Islam kita harus mensucikan diri agar semuanya kembali fitrah. Jadi tidak hanya kita, tapi juga benda-benda yang ada disekitar kita. Kalau untuk gamelan, sesudah bersih, tentu juga kita perbaiki, kalau ada tali yang putus atau kendor. Jadi saat akan dipergunakan nanti sudah bersih, sudah siap dan tidak rewel lagi," ujar Joko kepada wartawan, Senin (11/6).
Ia menambahkan, jamasan juga dimaksudkan untuk memperbaiki gamelan agar tidak kehilangan suara aslinya. Pasalnya gamelan di Istana Mangkunegaran merupakan benda kuno atau benda cagar budaya yang telah berusia ratusan tahun. Jika tidak dirawat dengan hati-hati, akan mudah berkarat dan kehilangan suara aslinya. Pada saat dilakukan jamasan, lanjut Joko, gamelan tidak boleh ditabuh atau dibunyikan.
"Selama proses jamasan para abdi dalem juga tidak diperbolehkan berpuasa, biar mereka memiliki tenaga dan kuat membersihkan gamelan sampai selesai," katanya.
Lebih lanjut Joko menjelaskan, semua gamelan yang dijamas tersebut selama ini masih ditabuh saat ada upacara adat atau keperluan lainnya. Kyai Kanyut Mesem yang merupakan buatan Sunan Kalijaga misalnya, dulu selalu ditabuh pada Rabu pagi, untuk megiringi latihan tarian. Namun karena kondisinya sudah terlalu tua dan dikhawatirkan rusak, istana menggantinya dengan Gamelan Kyai Lipur Sari, yang lebih muda.
"Gamelan Kyai Kanyut Mesem sekarang hanya ditabuh bilamana ada upacara-upacara adat saja," jelasnya.
Joko menambahakan, setelah selesai rangkaian penjamasan, gamelan kembali ditata sesuai tempat dan namanya. Tak hanya itu, nada gamelan juga disusun sesuai larasnya masing-masing. Tugas tersebut diserahkan kepada seorang ahli gamelan atau Peniti, yang mengerti betul seluk beluk dan nada atau laras setiap gamelan.
"Ada peniti yang akan mencocokkan larasnya. Penempatan gamelan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, keliru sedikit saja akan ketahuan. Kalau untuk Kyai Kanyut Mesem dan Kyai Lipur Sari itu larasnya slendro pelog," pungkas Joko.