Rektor Universitas se-Yogyakarta dan Tokoh Lintas Iman Buka Festival Beda Setara
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan doa yang dibawakan oleh tokoh muda lintas iman dari sejumlah agama.
Jaringan GUSDURian bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Festival Beda Setara atau Best Fest yang berlangsung 10-16 November 2024. Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional ini mengangkat tema ‘Menegakan Kesetaraan untuk Kemanusiaan’.
Festival ini terdiri dari sejumlah rangkaian acara, seperti simposium, pameran bestari, bioskop rakyat, learning forum, fun walk, dan puncak acaranya adalah Peringatan Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
- Duduk Perkara Dugaan Penggelapan Rp4,3 M di Kampus UMI Makassar Berujung Rektor & Eks Rektor Tersangka
- Rektor UIN Suska Riau Jadi Tersangka Kasus Penghinaan Dosen
- Momen Rektor Hingga Ratusan Dosen Muda di Yogyakarta Ikut Turun ke Jalan Tolak Revisi UU Pilkada
- Sidang Isbat Penetapan 1 Ramadan 1445 H Digelar Hari Ini, Begini Tahapannya
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan doa yang dibawakan oleh tokoh muda lintas iman dari sejumlah agama.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian, Jay Ahmad bersama dengan sejumlah rektor Universitas di Yogyakarta di antaranya, Rektor UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi Hasan, Rektor Universitas Duta Wacana Wiyatiningsih, Rektor Universitas Sanata Dharma Albertus Bagus Laksana, dan sejumlah tokoh lintas iman.
Koordinator Seknas Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad, mengucapkan terima kasih kepada UIN Sunan Kalijaga dan semua pihak yang mendukung acara ini.
“Terima kasih kepada UIN Sunan Kalijaga yang sudah banyak mensupport kami, dan para pihak yang sudah mendukung acara kami,” ujarnya pada sambutannya di UIN Sunan Kalijaga, Minggu (10/11).
“Festival Beda Setara tidak hanya bicara soal kerukunan, tetapi juga soal penegakan hak konstitusi untuk berkeyakinan,” imbuhnya.
Jay menyampaikan, festival ini menghadirkan berbagai kegiatan untuk mengembangkan pemahaman tentang keragaman agama. Salah satu programnya adalah Forum Belajar Agama, yang diadakan setiap hari Senin-Jumat,11-16 November 2024 pukul 15.00-18.00 WIB.
Selain itu, Best Fest akan menggelar simposium kebebasan beragama dan berkeyakinan yang dihadiri oleh praktisi dari berbagai agama.
“Simposium ini sebagai langkah memperjuangkan hak konstitusi beragama di Indonesia,” tambah Jay.
Kegiatan lainnya, lanjut dia, meliputi pameran yang menampilkan potret keberagaman beragama di Indonesia. Festival ini juga akan memperingati Haul ke-15 Gus Dur di Masjid UIN Sunan Kalijaga, dengan kehadiran Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Wahid dan Habib Ja’far Husain Al-Hadar.
Penutupan acara akan ditandai dengan fun walk atau jalan sehat, sebagai simbol kebersamaan dan persatuan.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Noorhaidi Hasan, menyatakan apresiasinya atas kerja sama dengan Jaringan GUSDURian.
“UIN Jogja telah dan terus berkomitmen untuk membela nilai-nilai harmoni, toleransi, persatuan dan kecintaan satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lain,” ungkapnya.
Festival Beda Setara, lanjutnya, diharapkan menjadi momen untuk mempererat persatuan dan memperjuangkan hak beragama di Indonesia.
Global Boiling
Dewan Penasihat (Senior Advisor) Jaringan GUSDURian Inayah Wahid, menekankan pentingnya memanifestasikan ketuhanan melalui tindakan kemanusiaan sehari-hari.
Hal ini ia sampaikan saat orasi budaya dalam pembukaan Festival Beda Setara atau Best Fest di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu (10/11/2024) malam.
“Ketika kita bicara agama, kita selalu bicara soal bagaimana kita ingin membuat hubungan yang baik dengan Tuhan. Tapi cara tercepat dan terbaik untuk mencapai ketuhanan adalah lewat kemanusiaan,” ujar Inayah.
Ia menyoroti realitas saat ini bahwa agama kerap kali digunakan untuk kepentingan pribadi, seperti mencari pengakuan atau mengukuhkan diri sebagai yang paling benar, alih-alih menjadi sarana mempererat hubungan manusia dengan Tuhan.
Mengutip praktik toleransi dan kemanusiaan yang telah dicontohkan oleh sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, ia menyebut bahwa berbicara tentang isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB), toleransi, atau ketuhanan tidak ada gunanya jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menekankan, toleransi dan solidaritas seseorang dinilai dari bagaimana mereka berinteraksi dengan orang-orang di sekitar.
“Solidaritas kita, toleransi kita diukur pada apa yang kita lakukan kepada orang di sekitar kita – yang duduk di depan kita, di belakang kita, di samping kita, yang ada di rumah di samping kita, yang kita temui di pasar, di jalan, dalam kehidupan kita sehari-hari,” ujar putri bungsu Gus Dur tersebut.
Inayah menambahkan, Gus Dur telah membuktikan berkali-kali pentingnya berdiri untuk kepentingan masyarakat dan menciptakan keadilan sosial. Ia mengajak publik untuk tidak hanya berbicara, tetapi berbuat nyata bagi masyarakat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gus Dur.
Dalam orasi tersebut, Inayah juga menyinggung tantangan besar yang sedang dihadapi dunia saat ini, yaitu krisis iklim yang kian memburuk.
Menurutnya, krisis ini sudah melampaui tahap pemanasan global atau global warming dan telah masuk ke fase “global boiling” yang berarti ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia. Perempuan yang akrab disapa Nay tersebut mengingatkan bahwa perubahan iklim adalah krisis yang tidak memilih-milih korban, dan oleh karena itu, sudah waktunya untuk bersama-sama mengambil tindakan nyata.
“Kita semua tahu kita sedang dalam krisis. krisis iklim. kita bahkan banyak para ahli yang sudah mengatakan kita sudah tidak lagi dalam global warming. Kita ini dalam global boiling. Kita ini sudah setengah matang dan bukan dalam arti secara mental tapi secara fisik hampir matang. Krisis itu ndak milih-milih,” papar tim Pokja Keadilan Ekologi Jaringan GUSDURian tersebut.
Menutup orasinya, Inayah mendorong semua pihak untuk saling bekerja sama menciptakan keadilan sosial bagi masyarakat. “Sudah saatnya kita meneruskan teladan Gus Dur. Sudah waktunya kita bekerja untuk masyarakat dan berdiri demi kepentingan mereka. Itu yang paling penting,” pungkasnya.