Rela Bayar Mahal Demi Berlebaran Di Kampung Halaman
Dia sudah bersiap diri jika harus berlama-lama di jalan. Dia memaklumi jika jalur mudik pasti membludak karena dua tahun dilarang mudik oleh pemerintah.
Keluarga Rodi Yani dan Irma Yusnita, mengaku sudah tidak bersabar lagi untuk segera tiba di kampung halaman. Mereka mudik ke kecamatan Musi Banyu Asin, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Rodi membawa 9 orang anggota keluarganya dari Tangerang.
"Saya, anak-anak, suami, Ayuk (Kaka), keponakan. Semua saya bawa, bersembilan," kata Rodi Yani, ditemui di agen Bus Bitung, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Jumat (29/4/2022).
-
Kapan puncak arus mudik diperkirakan terjadi? "Kemudian dari data yang kami dapatkan sampai sejauh ini puncak arus mudik diperkirakan akan terjadi pada H-4 Lebaran, ada sekitar 125 ribu penumpang kereta api saat ini yang sudah membeli di H-4 tersebut," katanya seperti dilansir dari Antara.
-
Mengapa arus mudik di Pelabuhan Merak mengalami peningkatan? Lisye menyebut pemudik yang meninggalkan Jabodetabek mengarah ke Merak telah mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari lalin normal.
-
Kapan Gunawan tertinggal rombongan mudik? Di tengah perjalanan, Senin (8/4) sekira pukul 02.00 WIB saat sopir istirahat, ia pergi ke toilet. Namun saat kembali, mobil yang ditumpanginya sudah pergi.
-
Kapan biasanya orang-orang mudik? Mudik merupakan tradisi pulang kampung yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari Lebaran.
-
Siapa Teuku Nyak Arif? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara. Hingga pada titik dikumandangkannya kemerdekaan, tubuh pemerintahan tiap daerah di Indonesia masih dalam keadaan pincang.Salah satu putra Aceh yang jasanya patut dikenang dan diingat oleh masyarakat sampai saat ini adalah Teuku Nyak Arif.
Dia dan keluarga besarnya mengaku tidak berani memaksakan diri pulang kampung meski untuk keperluan berlebaran. Hal itu, guna melindungi orang tuanya, yang sudah lansia terhindar dari ancaman virus Corona.
"Benar-benar dua tahun kemarin engga berani pulang, karena khawatir menulari orang tua yang sudah lanjut usia," terang dia yang sudah 20 tahun tinggal menetap di Tigaraksa, Tangerang.
Meski kini harus mengeluarkan biaya lebih mahal untuk membeli tiket bus, Rodi Yani mengaku tidak masalah. Asalkan, dia dan seluruh anggota keluarganya bisa berlebaran bersama keluarga besar.
Menurut dia, kenaikan tarif bus ke Palembang dari Tangerang masih cukup wajar. Tiket mengalami kenaikan 10 sampai 15 persen dari harga normal.
"Kami maklum kalau itu (kenaikan harga tiket), hari-hari biasa juga harganya 300 sampai 365 ribu per orang. Sekarang 400 ribu, wajarlah. Asal kami bisa pulang kampung lebaran ini senang banget," ucap dia.
Dia sudah bersiap diri jika harus berlama-lama di jalan. Dia memaklumi jika jalur mudik pasti membludak karena dua tahun dilarang mudik oleh pemerintah.
Kepulangannya ke kampung kali ini bakal memberi kesan dan cerita berbeda setelah dua tahun absen menyantap hidangan lebaran bersama.
"Bekel kita sudah siap, engga masalah macet di jalan sudah biasa. Sudah (lebaran) tahun ketiga, sayang kalau sampai lebaran tidak mengunjungi orang tua, sudah kangen," kata Rodi Yani.
(mdk/ray)