Romo Magnis surati ACF, protes keras award untuk SBY
Romo Magnis merasa terhina dengan penghargaan yang akan diberikan kepada SBY.
Kritik atas rencana pemberian penghargaan 'World Statesman' oleh The Appeal of Conscience Foundation (ACF), lembaga di AS, kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus menguat. Kini giliran Franz Magnis-Suseno yang protes keras atas rencana pemberian award untuk toleransi itu pada akhir Mei ini.
Romo Magnis, sapaan pastor dan profesor filsafat itu, merasa terhina dengan penghargaan yang akan diberikan kepada SBY.
-
Siapa saja yang dianugerahi Bintang Bhayangkara Nararya oleh Presiden Jokowi? Presiden Joko Widodo hadir dalam Upacara Peringatan Hari Bhayangkara ke-78 Tahun 2024 di Pelataran Merdeka Monumen Nasional Jakarta, Senin (01/07).Di kesempatan yang sama, Jokowi juga memberikan atau menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya. Penghargaan tersebut diberikan kepada tiga personel Polri.
-
Kenapa SBY memberi lukisan kepada Prabowo? "Ini Pak Prabowo keyakinan saya atas pemipin kita mendatang, atas harapan saya, dan juga doa kita semua agar Pak Prabowo kokoh kuat seperti batu karang ini memajukan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menegakkan hukum dan keadilan, dan tugas-tugas lain yang diemban oleh beliau nanti. Semoga berkenan," imbuh SBY.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Kenapa Presiden Soekarno marah kepada para pengawalnya? Presiden Sukarno sangat memperhatikan kebersihan di Istana,Bung Karno bahkan tak segan turun tangan menyapu taman atau jalan di dalam Istana untuk memberi contoh anak buahnya.
-
Kenapa sapi Presiden Jokowi di Blora mengamuk? Diketahui, sapi tersebut mengamuk saat warga berupaya menjatuhkannya untuk kemudian disembelih.
-
Kapan SBY memberikan lukisan kepada Prabowo? Lukisan tersebut diberikan, saat acara buka bersama seluruh jajaran Partai Demokrat, di Kawasan Jakarta Selatan, Rabu (27/3).
"Saya merasa ini sangat tidak wajar, luar negeri memberi award for tolerance, di saat tindakan-tindakan intoleransi merajalela di negeri ini. Saya merasa terhina dengan tawaran seperti itu," kata Romo Magnis Suseno saat dihubungi merdeka.com, Kamis (16/5).
Soal pendapat pihak Istana bahwa kasus intoleransi di Indonesia kecil dan tidak bisa digeneralisir, Romo Magnis sama sekali tidak setuju. Menurut catatan dia, sudah ada enam orang terbunuh karena kasus kekerasan atas nama agama.
"Tiga dari Ahmadiyah, dan tiga dari Syiah. Dan itu tidak kecil," tegas guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini.
Dalam suratnya, Romo Magnis juga berkomentar soal susahnya umat Kristiani mendirikan rumah ibadah. Secara umum, surat Romo Magnis terbilang lugas dan keras, tak seperti pembawaan pria kelahiran Jerman yang sangatJawani ini.
"This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions. (Ini memalukan, Anda memalukan. Ini mendiskreditkan sejumlah klaim yang mungkin Anda buat sebagai sebuah institusi dengan intensi moral)," tulisnya.
Romo Magnis tidak mau berkomentar jika nantinya SBY tetap menerima penghargaan itu. Dia menegaskan, hanya memprotes rencana tindakan lembaga di AS itu. "Kalau presiden, silakan memutuskan dan menilai sendiri," ujarnya.
Berikut isi surat lengkap Romo Magnis yang diterima merdeka.com. Pada alinea keempat, Romo Magnis meralat isi suratnya. Tertulis 'Iran', seharusnya 'Irak', dan koreksi sudah dilakukan.
Ladies and Gentlemen of the Appeal of Conscience Foundation (ACF),
I am a Catholic Priest and professor of philosophy in Jakarta. In Indonesia we learnt that you are going to bestow this year's World Stateman Award to our President Susilo Bambang Yudhoyono because of his merits regarding religious tolerance.
This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions.
How can you take such a decision without asking concerned people in Indonesia? Hopefully you have not made this decission in response to prodding by people of our Government or of the entourage of the President.
Do you not know about the growing difficulties of Christians to get permits for opening places of prayer, about the growing number of forced closures of churches, about the growth of regulations tha make worshipping for minorities more difficult, thus about growing intolerance on the grassroot level?
And particularly, have you never heard about the shameful and quite dangerous attitudes of hardline religious groups towards so called deviant teachings, meaning members of the Achmadiyah and the Shia communities, and the government of Susilo Bambang Yudhoyono just doing nothing and saying nothing to protect them? Hundreds of their people have under Susilo Bambang Yudhoyono 's presidentship been driven out of their houses, they still live miserably in places like sports halls, there have allready Achmadis and Shia people been killed (so that the question arises whether Indonesia will deteriorate to conditions like Pakistan dan Irak [favor of President G. W. Bush] where every months hundreds of Shia people are being killed because of religious motivations)?
Do you not know that President Susilo Bambang Yudhoyono during his up to now 8 1/2 years in office has not a single time said something to the Indonesian people, that they should respect their minorities? That he has shamefully avoided responsibility regarding growing violence towards Achmadiyah and Shia people?
Again, whom did you ask for information before making you award choice? What could be your motivation to bestow upon this President a reward for religious tolerance who so obviously lacks any courage to do his duty protecting minorities?
I have to add that I am not a radical, not even a "human right extremist" (if such exist). I am just appaled about so much hypocrisy. You are playing in the hands of those - still few - radicals that want to purify Indonesia of all what they regard as heresies and heathen.
Franz Magnis-Suseno SJ
(mdk/ren)