Saat Kapolri Jenderal Tito jadi Penguji Sidang Doktor untuk Irjen Boy Rafli Amar
"Saya datang ke sini bukan dalam kapasitas sebagai Kapolri, jadi tak perlu khawatir, Pak Boy mau jawab apa saja boleh," kata Tito.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menjadi penguji sidang promosi doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) untuk disertasi yang dibuat oleh Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Wakalemdiklat) Polri, Irjen Boy Rafli Amar.
Namun saat menjadi penguji, Tito mengaku hadir bukan sebagai Kapolri. Melainkan ia juga ingin setara dengan penguji lainnya yakni sebagai akademisi.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
-
Kapan Kurniawan Dwi Yulianto lahir? Kelahiran Kurniawan Dwi Yulianto 13 Juli 1976
-
Apa yang dilakukan Raffi dan Jeje di Bandung Barat? Mereka sempat menginap di sebuah villa yang asri dan menyatu dengan alam. Potret Nagita Slavina Naik Angkot hingga Traktir Warga di Pasar Kaget saat Kenalkan Jeje Govinda sebagai Calon Bupati Bandung Barat - Bukan hanya itu, mereka juga menyapa warga.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
"Saya datang ke sini bukan dalam kapasitas sebagai Kapolri, jadi tak perlu khawatir, Pak Boy mau jawab apa saja boleh," kata Tito di Bale Sawala Unpad, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (14/8).
Disertasi itu berjudul 'Integrasi Manajemen Media Dalam Strategi Humas Polri Sebagai Aktualisasi Promoter'.
Selain Tito yang hadir sebagai penguji tamu, dalam sidang tersebut Boy diuji oleh Dr Dadang Rahmat Hidayat, Dr Dadang Sugiana, Prof Deddy Mulyana, Dr Edwin Rizal, Dr Atwar Bajari, Dr Ninis Agustini Damayani, Dr Siti Karlinah, Prof Mahfud Arifin.
Dalam disertasinya, Boy memaparkan bagaimana tubuh Polri melalui Divisi Humas dapat membangun opini publik melalui manajemen media yang dapat berpengaruh.
Boy menuturkan tak mudah bagi institusi Polri membangun kepercayaan publik. Dalam survei Transparency Internasiobal Indonesia (TPI) pada tahun 2014, menempatkan Polri sebagai lembaga terkorup bersama DPR.
Di tahun yang sama, sambung Boy, survei litbang Kompas menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap institusi Polri hanya 46,7 persen.
Dari data tersebut, Divisi Humas Polri perlu untuk berbenah dalam memandang era komunikasi. Terlebih dengan pesatnya perkembangan media sosial menjadikan tantangan dan peluang baru bagi Polri.
"Fenomena tersebut (media sosial) menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Polri. Maka dari itu, Polri diharapkan dapat bersikap proaktif memanfaatkan media baru untuk kepentingan pengelolaan informasi ke luar dan ke dalam organisasi sebagai upaya membangun kepercayaan publik," kata Boy.
Sementara itu, Kadivhumas Polri Irjen Pol Muhamad Iqbal menjelaskan bahwa akan menerapkan manfaat dari disertasi Boy untuk Polri. "Tentu saya sebagai Kadiv Humas, itu sangat betul-betul kita jalankan," kata Iqbal.
(mdk/ded)