Sabung nyawa di atas roda empat demi ketenaran & uang taruhan
Kawasan Jalan Asia-Afrika di Senayan, Jakarta Pusat, masih menjadi magnet menggiurkan buat para pebalap liar.
Kehidupan malam di Kota Jakarta memang banyak membetot perhatian buat sebagian kalangan. Mereka merasa lepas melampiaskan kepenatan setelah seharian penuh berjibaku mencari pundi-pundi rupiah. Banyak cara mereka lakukan. Bagi kaum berada penggila kecepatan di atas roda empat tentu punya kisah tersendiri.
Mereka tak segan unjuk kekuatan dapur pacu mobil mereka yang telah dimodifikasi sedemikian rupa di jalan raya. Puluhan atau bahkan ratusan juta mereka rogoh demi memuaskan adrenalin mengalir deras saat memacu kencang kendaraan mereka. Bahaya kadang jadi nomor dua, meski sudah terbukti banyak nyawa melayang akibat hal itu. Ketenaran di dunia adu kebut ilegal lebih utama buat mereka. Apalagi, pasar taruhan kadang hingga puluhan juta bahkan lebih menjadi bumbunya. Siapa lagi tak tergiur.
"Ya di mana-mana kalau ada sesuatu yang dipertaruhkan dengan uang kan jadi menarik," kata seorang mekanik mobil balap yang ditemui merdeka.com di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (25/9) siang.
Montir itu enggan dicantumkan namanya dalam tulisan ini, tetapi, reputasinya di ajang balap liar mobil cukup disegani. Meski begitu, dia mengaku kini tak pernah lagi turun langsung memacu mobil hasil racikannya. Dia pun sedikit-demi sedikit menarik diri dari dunia sambung nyawa itu. Meski demikian masih terlihat di bengkelnya deretan mobil pelanggan yang menunggu sentuhannya.
Menurut sang montir, kawasan Jalan Asia-Afrika di Senayan, Jakarta Pusat, masih menjadi magnet menggiurkan buat para pebalap liar khususnya mobil. Padahal dia mengakui, pamor 'trek' Asia-Afrika sudah jauh menurun.
"Sekarang sudah banyak anak motor juga di sana. Dulu kan memang mayoritas tongkrongan anak mobil aja," ujarnya sembari mengisap rokok filternya.
Mekanik yang mengaku berumur 46 tahun itu mengatakan, saat ini paling-paling hanya beberapa kawasan yang kerap dipakai para penggila balap liar mobil beraksi. Selain Jalan Asia-Afrika, Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Sudirman-Thamrin masih jadi favorit.
"Sisanya biasa main di tol Jagorawi atau tol ringroad (lingkar luar) karena biasanya sepi. Kalau kawasan lain sudah penuh sama anak motor. Daripada berantem mending cari daerah lain aja," lanjutnya.
Pembicaraan di siang yang terik itu terus berlanjut. Dia masih ingat ketika kawasan Parkir Timur Senayan dan arena parkir Pekan Raya Jakarta di Kemayoran, Jakarta Pusat, kerap dipakai menggelar balap drag alias adu cepat di jalur lurus resmi. Mobil-mobil garapan bengkelnya adalah salah satu yang sering bercokol di urutan atas. Apalagi saat era 1990-an, saat balap drag dan slalom alias gymkhana sangat digandrungi. Dia pun kerap ketiban order pesanan mobil balap dari luar daerah. Sayang, hal itu kini sudah tiada. Parkir Timur Senayan kini sudah dibuat area parkir, sementara event drag di PRJ pun mati suri.
"Yang lagi ramai sih sekarang drift ya. Tapi itu juga jarang-jarang. Kalau ngandelin latihan di Sentul enggak sanggup bro. Mahal, lagian jauh," ucap dia.
Kini, montir itu mengaku tidak lagi berjibaku di dunia balap liar mobil. Dia lebih fokus mengurus dan membesarkan bengkel demi menelurkan hasil garapan ciamik.
"Kalau ada pelanggan yang main liaran ya itu urusan mereka. Gue juga enggak bisa ngelarang kan. Gue cuma pesen aja sama mereka supaya jangan sombong kalau bawa mobil yang udah di tune-up," tutupnya.