Sejuknya perayaan Tahun Ayam Api di Serambi Mekkah
Sejuknya perayaan Tahun Ayam Api di Serambi Mekkah. Yuswar menilai, keharmonisan, toleransi dan saling menghormati, itulah yang terlihat di Aceh. Serambi Mekkah menerapkan syariat Islam, itu tidak berlaku untuk non-muslim, meskipun non-muslim harus menghormati norma-norma syariat Islam yang berlaku di Aceh.
Asap dupa mengepul dalam Vihara Dharma Bhakti, Peunayong, Banda Aceh bak kabut di dataran tinggi, nyaris mengganggu penglihatan membuat mata perih.
Namun tak menyurutkan semangat umat Budha etnis Tionghoa beribadah di Vihara menyambut tahun baru Imlek 2568. Tahun baru Imlek kali ini, dinamakan dengan tahun ayam api, sedikit panas, meskipun jemaah berharap tahun ini semua dalam kondisi baik.
Umat Budha yang beribadah di Vihara Dharma Bhakti pun silih berganti berdatangan. Sambil membakar dupa, hingga Vihara ini bak taman lilin, umat Budha melaksanakan sembahyang.
Di sudut kanan Vihara, panitia Imlek sibuk melayani umat memberikan peralatan ibadah, seperti dupa, lilin dan beberapa benda lainnya. Sedangkan anak-anak dengan pakaian baru, corak warna merah berlarian girang sambil tertawa bercanda bersama rekannya.
Anak-anak penuh canda tawa itu terhenti, saat orang tuanya memanggil dan memberikan dupa mengajak untuk sembahyang. Dupa diangkat ke atas kepala dengan kedua tangannya, lalu mengangguk-angguk tiga kali di depan beberapa Dewa yang ada di Vihara. Mereka percaya dewa-dewa itulah yang telah menyelamatkan dan memberikan kemakmuran di langit dan bumi.
Meskipun mereka minoritas di Serambi Mekkah yang menerapkan syariat Islam, namun tidak terlihat ada ketakutan dari paras wajah mereka merayakan tahun baru Imlek 2568 di Banda Aceh. Demikian juga tidak ada penjagaan ketat dari pihak kepolisian, hanya ada beberapa personel polisi, TNI yang berada di Vihara tersebut.
"Ini tahun ayam untuk api, memang sedikit panas ya kalau ayam, tetapi kita berdoa tidak demikian, apa lagi kita menghadapi Pilkada," kata Ketua Yayasan Vihara Dharma Bhakti, Yuswar, Sabtu (28/1).
Di Banda Aceh ada 4 Vihara yang melaksanakan ibadah menyambut tahun baru Imlek, yaitu Vihara Dharma Bhakti, Vihara Maitri, Vihara Dwi Samudera dan Vihara Sakyamuni. Selain itu juga perayaan Imlek dilaksanakan di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Banda Aceh.
Prosesi perayaan tahun baru Imlek sudah berlangsung sejak tadi malam saat puncak pergantian tahun baru. Ratusan jamaah di Vihara Dharma Bhakti menunggu detik-detik pergantian tahun baru tersebut.
Jam dinding Vihara menujukkan pukul 00.00 Wib, Yuswar langsung menuju gendang di sudut kiri Vihara dan menambuhnya tiga kali dan lonceng sekali pertanda pergantian tahun baru Imlek tiba. Ratusan umat Budha etnis Tionghoa pun semakin larut dalam doa.
Sebelum membakar dupa, umat Budha terlebih dahulu menyalakan lilin, sebagai pertanda untuk penerang dunia dan akhir dan menjadi penyelamat dan pembawa rezeki.
Lalu mereka mengambil dupa dan membakar, langsung menyembah Dewa Langit dan Tapekong (Dewa tuan tanah, pemilik tanah di alam ini) sambil mulutnya komat-kamit memanjatkan doa keselamatan dan dibukakan pintu rezeki yang melimpah. Setelah itu mereka langsung menyembah beberapa Dewa lainnya satu persatu.
Yuswar berharap, meskipun tahun ini merupakan tahun ayam api, harapannya Aceh tetap dalam kondisi damai, aman dan selalu kondusif. Terlebih jelang menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 15 Februari 2017 mendatang. Semua jamaah diminta berdoa untuk kedamaian dan ketentraman semua umat.
"Harapan kita, meskipun tahun ayam, mudahan semua baik, aman, damai, termasuk Pilkada berjalan lancar, aman," harap Yuswar.
Meskipun Aceh menerapkan syariat Islam, tak menghambat umat Budha etnis Tionghoa ini terhambat untuk beribadah. Sejak dulu, Yuswar mengaku semua agama di Aceh bisa tinggal bersanding dan toleransi bisa terjaga dengan baik.
"Dari dulu sampai sekarang tidak ada yang namanya murni konflik agama, tidak pernah ada di Aceh," ungkap Yuswar.
Kalau pun ada beberapa kali terjadi konflik. Yuswar menyebutkan itu bukan murni konflik agama, tetapi ada pihak-pihak tertentu yang ingin membuat Aceh tidak damai dengan cara menyulutkan konflik mengangkat isu-isu sara.
"Ini contohnya, acara sembahyang kan aman, gak ada yang ganggu dan kami biasa saja," tukasnya.
Yuswar menilai, keharmonisan, toleransi dan saling menghormati, itulah yang terlihat di Aceh. Serambi Mekkah menerapkan syariat Islam, itu tidak berlaku untuk non-muslim, meskipun non-muslim harus menghormati norma-norma syariat Islam yang berlaku di Aceh.