Sejumlah Evaluasi TNI AD untuk Penerimaan Kowad, Termasuk Hapus Tes Keperawanan
Dalam hal rekrutmen, Andika melanjutkan, pihaknya telah membahas berbagai perbaikan materi tes sejak awal Mei 2021. Itu pun menyeluruh baik prajurit pria atau wanita.
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Andika Perkasa menyampaikan, pihaknya mengevaluasi sejumlah materi seleksi penerimaan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah menghapus tes keperawanan.
"Jadi begini, kita itu setiap tahun selalu memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Karena memang itulah sebuah organisasi. Organisasi yang mau maju dia harus memperbaiki diri," tutur Andika kepada wartawan, Rabu (11/8/).
-
Kenapa Andhika Perkasa mengubah ransum TNI? Kondisi ini membuat Andhika yang pada saat itu menjabat sebagai Pangkostrad merasa gelisah. Ketika jabatannya naik menjadi Kepala Staff Angkatan Darat, Andhika merombak pola konsumsi para prajurit di medan operasi.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Bagaimana Andhika Perkasa merancang ransum TNI yang baru? “Saya desain dan saya bandingkan dengan negara maju. Itu ada teorinya. Kilo kalori harus terpenuhi tapi gimana caranya itu tidak terlalu berat yang kita banyakin adalah porsi protein,” tandasnya.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
Dalam hal rekrutmen, Andika melanjutkan, pihaknya telah membahas berbagai perbaikan materi tes sejak awal Mei 2021. Itu pun menyeluruh baik prajurit pria atau wanita.
"Baik itu mulai dari tingkat yang terbawah, Tamtama, Bintara, maupun Perwira. Itu kita bahas, kita evaluasi, dan kita perbaiki," jelas dia.
Andika mencontohkan tes buta warna yang ditambah materinya, dari sebelumnya hanya menggunakan metode Ishihara kini dilengkapi dengan metode Hardy Rand Rittler. Hal itu dilakukan agar seleksi menjadi lebih ketat dan teliti.
"Buta warna itu kan spektrum dari nol sampai 100. Mungkin waktu Ishihara hanya beberapa saja yang buta warna tetapi tak ter-detect ada. Tetapi sekarang enggak bisa lagi," kata Andika.
Kemudian, ada pemeriksaan struktur tulang belakang yakni penyimpangan dari lateral kanan dan lateral kiri. Dalam tes sebelumnya, kemiringan penyimpangan yang diterima hanya sampai 5 derajat, namun sekarang ada toleransi sampai dengan 20 derajat.
"Jantung. Sama, jantung juga begitu, tadinya kurang teliti kita tambahkan proses pemeriksaan yang lebih teliti," sambungnya.
Andika juga menerangkan soal pemeriksaan ginekologi yang tidak lagi menyasar ke inspeksi vagina dan serviks. Namun tetap memeriksa abdomen atau perut, genitalia luar dan genitalia dalam.
"Kemudian hymen atau selaput dara. Tadinya juga merupakan suatu penilaian. Hymennya utuh atau hymen rupturnya sebagian, atau hymen ruptur yang sampai habis. Sekarang enggak ada lagi penilaian itu. Karena memang tujuan tadi, penyempurnaan materi seleksi itu lebih ke bagaimana tujuannya ya kesehatan, satu, menghindari suatu insiden yang menghilangkan nyawa. Jadi orang harus siap," terangnya.
Keseluruhan contoh yang disebutkan tadi, kata Andika, adalah fokus demi mengantisipasi terjadinya insiden saat latihan para prajurit. Jangan sampai ada yang kehilangan nyawa karena organ tubuhnya gagal atau pun membahayakan rekan sesama anggota selama pelatihan.
"Karena memang pada saat latihan itu kita akan berada pada posisi kondisi fisik yang mepet. Jadi itu semua masuk ke penyempurnaannya. Sehingga yang tidak ada lagi hubungannya sudah enggak perlu lagi," Andika menandaskan.
Baca juga:
Cerita Istri Jenderal TNI Diminta Tes Keperawanan Sebelum Nikah, Mati-matian Menolak
Penggunaan Pil Pengembali Keperawanan Serta Risiko Kanker di Baliknya
Dianggap tak ilmiah, organisasi dunia kecam tes keperawanan
Pelajar diberi beasiswa karena pertahankan keperawanan
Panglima TNI sebut tes keperawanan tak ada unsur diskriminasi