Selma peraih nilai UN SMA tertinggi di Yogya dapat nilai kimia 100
Hasil UN di Yogyakarta dia tercatat mendapatkan nilai 562,1 untuk total enam mata pelajaran UN.
Kerja keras pasti selalu membuahkan hasil yang baik. Itulah sepenggal kata yang diamini oleh Selma Mutiara Hani, siswi SMA 3 Negeri yang mendapat nilai Ujian Nasional tertinggi di Yogyakarta. Meski selama sekolah tidak pernah meraih ranking 1, dia tetap berusaha keras untuk belajar dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Dalam pengumuman hasil UN di Yogyakarta dia tercatat mendapatkan nilai 562,1 untuk total enam mata pelajaran UN. Tak tanggung-tanggung Siswi jurusan IPA tersebut meraih nilai sempurna untuk mata pelajaran Kimia.
"Saya nggak menyangka dapat nilai tertinggi, padahal selama ini nggak pernah dapat rangking satu di sekolah. Apalagi dapat nilai 100 untuk Kimia, selama ini nggak begitu minat," kata Selma saat ditemui wartawan di rumahnya di Gandok, Candongcatur, Depok, Sleman, Sabtu (16/5).
Mulanya dia tidak tahu jika dia mendapatkan nilai tertinggi dalam UN di Yogyakarta. Dia baru tahu dari salah seorang temannya yang membaca di media massa jika namanya tercatat sebagai peraih nilai tertinggi. Saat itu dia merasa senang namun juga masih tidak percaya.
"Bener nggak ini, akhirnya diberitahu sekolah, ternyata bener. Seneng rasanya, tapi awalnya masih nggak percaya," ujar gadis kelahiran 13 Februari 1997 tersebut.
Seminggu sebelum UN, dia mengaku sempat stres, sebab banyak tekanan dan teman-temannya juga sibuk sendiri-sendiri. Puncaknya yaitu ketika muncul bocoran soal UN yang menyebar di grup Line angkatannya. Saat itu dia dan teman-teman semakin stres.
"Tapi untungnya teman-teman kompak, udah nggak usah kita pikir, kita jujur sajalah. Pas itu rasanya itu gimana ya, susah, stres juga," ujarnya.
Namun setelah UN selesai dia merasa lega, apalagi ditambah dia diterima di Fakultas Kedokteran UGM melalui jalur undangan.
"Saya waktu mau UN itu les privat, kalau belajar di rumah juga paling nggak tiga jam, jadi benar-benar fokus. Tapi saya juga nggak mau memaksakan diri, kalau capak ya istirahat," tandasnya.
Sementara itu ibunda Selma, Dr. Ani Kusanani Febriani mengaku bangga dengan prestasi yang diraih oleh anaknya. Meski demikian dia berpesan pada Selma untuk tidak berpuas diri karena masih ada banyak orang pintar lainnya.
"Ini bukan tujuan akhir, masih perlu terus belajar. Saya berharap Selma nantinya bisa jadi dokter yang sholihah, cerdas, pintar dan tetap rendah hati," pesannya.