Seniman Banten protes pembangunan gorong-gorong rusak cagar budaya
Seniman Banten protes pembangunan gorong-gorong rusak cagar budaya. Edi meminta kepada pemerintah untuk bersikap arif dan mengedepankan budaya dialog sebelum melakukan pembongkaran bangunan bersejarah.
Pembangunan gorong-gorong di Jalan Maulana Hasanudin, Pasar Lama, Kota Serang, yang menyasar pada pembongkaran gorong-gorong peninggalan kolonial Belanda, menuai sejumlah protes. Sejumlah seniman Banten, melakukan aksi teatrikal di lokasi pembangunan.
Edi Bonetsky, dari Komunitas Anak Langit, Tangerang, mengusung tangga bambu. Edi melintasi lokasi proyek pembangunan gorong-gorong oleh Dinas Pengerjaan Umum Kota Serang.
Di tengah kesibukan para pekerja proyek, Edi merayap meniti tangga. Gerakan meniti dan mengusung tangga berulang kali ia lakukan tepat di lokasi pembangunan.
Pada bagian lain, perupa membuat sketsa gorong-gorong dan menara Banten. Tampak juga dua orang yang menggambarkan sosok sultan dan kompeni. Keduanya berebut simbol menara Banten.
Selama aksi teatrikal berlangsung, para pedagang dan warga menyaksikan dengan kebingungan. Mereka menatap dengan pandangan penuh tanda tanya.
"Pembangunan itu harus menggunakan nalar. Tidak bisa asal, apalagi ini artefak sejarah. Saya tidak bisa membayangkan 40 tahun ke depan anak cucu saya melihat Banten yang hanya berisi bangunan-bangunan baru tanpa ada masa lalu sama sekali," ujar Edi kepada wartawan.
Dalam kesempatan yang sama, Edi meminta kepada pemerintah untuk bersikap arif dan mengedepankan budaya dialog sebelum melakukan pembongkaran bangunan bersejarah.
"Bagaimana kita melihat kode budaya. Kalau ini rusak kita tidak pernah bisa belajar dari sejarah masa lalu," ujarnya.
Edi juga berharap pihak Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Serang dapat memberikan penjelasan terkait warisan cagar budaya yang perlu dilestarikan kepada pemerintah Kota Serang.