Seniman bersertifikat lebih laku?
Berita Indonesia cepat, aktual, serius, unik, dan baru: Rencana sertifikasi seniman yang akan dilakukan Kemendikbud dipertanyakan.
"Gunanya sertifikasi untuk apa? emang nggak laku kalau gak punya sertifikat sebagai seniman?"
Komentar itu meluncur dari mulut mantan pelawak anggota grup Bagito, Miing. Pria bernama lengkap Tubagus Dedi Suwandi Gumelar itu mempertanyakan rencana sertifikasi seniman yang akan dilakukan kementerian pendidikan dan kebudayaan.
"Bagus tidaknya seorang seniman dinilai dari pengakuan publik atas karya-karyanya. Bukan dari sertifikat yang dimiliki. Pelukis misalnya, bagaimana bisa seorang yang beraliran surrealis dibandingkan dengan pelukis yang aliran realis," kata pria yang kini aktif di Komisi X DPR ini ketika dihubungi merdeka.com, Senin (30/4).
Menurut Miing, kalau memang tujuannya agar seniman Indonesia bisa bersaing di kancah internasional, berikan saja sertifikat untuk para seniman yang akan bekerja di luar negeri. "Apakah sekadar pengakuan atau kompetensi, atau marketable. Atau itu memang kebutuhan. Kalau cuma phak asing yang butuh maka baru disertifikasi," paparnya.
Sementara pemain teater Koma, Rangga Riantiarno menilai rencana sertifikasi seniman sebagai hal yang lucu. Seni, menurutnya tidak bisa diukur karena persepsi orang terhadap seni jelas berbeda.
"Aktris senior Christine Hakim, apakah dia harus menunjukkan sertifikat ketika bermain di film 'Eat, Pray and Love'. Kalau disertifikasi kriterianya bagaimana? Tingkat pendidikan, atau jumlah karya sang seniman," tanya putra dari pasangan Nano dan Ratna Riantiarno ini kepada merdeka.com.
Pemeran utama dalam lakon 'Sie Jin Kwie' ini khawatir jika proses sertifikasi ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mengeruk keuntungan dari para seniman. "Tahu sendiri, birokrasi biasa dimanfaatkan untuk mencari uang," pungkasnya.
Sebelumnya, Wamendikbud bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti menjelaskan proses sertifikasi seniman harus dibedakan kompetensinya, misalnya untuk menjadi dalang yang bersertifikasi itu harus mampu apa saja. Proses sertifikasi diawali dengan memetakan terlebih dahulu keterampilan para pekerja seni. Setelah itu dibuat standarnya.
"Di negara manapun akan menggunakan standar yang sama dalam melakukan sertifikasi. Sekarang ini sedang dalam proses dan dibuat standar kompetensinya," ungkap Wiendu di Magelang, Jateng Sabtu (28/4) malam.(mdk/dan)