Sering Dikunjungi Para Jenderal TNI, Ini Kondisi Makam Soeharto di Lereng Lawu
Juru Kunci Astana Giribangun mengungkapkan sederet jenderal TNI yang sering berziarah ke makam Soeharto.
Juru Kunci Astana Giribangun, Sukirno mengatakan tidak pernah ada ritual khusus di makam keluarga Soeharto.
Sering Dikunjungi Para Jenderal TNI, Ini Kondisi Makam Soeharto di Lereng Lawu
Astana Giribangun dikenal tempat pemakaman keluarga Presiden RI ke-2 Jenderal Soeharto. Presiden yang berkuasa 32 tahun itu dimakamkan di Astana Giribangun usai tutup usia 27 Januari 2008.
Astana Giribangun terletak di Dusun Dengkeng, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sekitar 35 kilometer arah timur dari Kota Solo.
Sebelum Soeharto, astana yang dibangun dengan fasilitas mewah tersebut terlebih dahulu digunakan untuk memakamkan istrinya yakni Raden Ayu Hj Siti Hartinah atau lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto. Ibu Tien wafat 28 April 1996. Selain mereka berdua, ada 3 orang yang juga dimakamkan di bangunan atau cungkup utama.
"Di dalam cungkup Argosari ini untuk makam Pak Harto dan ibu Tien. Kemudian ada orang tua Bu Tien yang juga dimakamkan di dalam. Ada eyang kakung, bapaknya Bu Tien, beliau cikal bakalnya sini. Namanya almarhum KPH (Kanjeng Pangeran Haryo) Soma Haryono wafat tahun 1976 dan Ibu Odang. Kemudian eyang putri BRA (Bendoro Raden Ayu) Suma Haryono, ibunya bu Tien. Cukup itu saja, lainnya di luar. Ibu Tien itu trah ketiga dari Mangkunegaran," ujar Surono.
Surono mengatakan, kondisi makam keluarga Soeharto masih sangat baik dan terawat. Demikian juga dengan makam yang ada di cungkup lainnya.
"Kondisinya sangat baik, bersih dan terawat semua. Masjid di depannya juga kita gunakan. Ini nanti untuk salat Jumat karyawan, pengunjung dan warga sekitar," katanya.
Ramai Dikunjungi Peziarah
Hingga saat ini, Astana Giribangun masih ramai dikunjungi peziarah. Tidak hanya dari Solo raya, namun juga dari berbagai daerah provinsi lain. Mereka datang atas nama pribadi, kelompok pengajian ibu-ibu hingga instansi pemerintah. "Kalau hari libur atau Sabtu, Minggu ramai mas. Habis 17an kemarin banyak yang takziyah, dari Sidoarjo, Pekalongan, Magelang dan lain-lain," katanya.
Astana Giribangun juga sering dikunjungi oleh pejabat tinggi TNI dan Polri. Namun saat Covid-19 melanda, kegiatan ziarah bersama tersebut jarang dilakukan.
Tercatat Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo bersama 3 Kepala Staf akhir September 2017 berziarah menjelang HUT TNI.
"Masih, itu setiap hari ulang tahun TNI, terus hari ulang tahun Kostrad itu banyak yang ke sini. Kemarin itu dari Korem 073/Makutarama, Salatiga. Itu tanggal 1 September besok, rutin. Kalau Panglima TNI kemarin itu mendelegasikan. Dimulai dari pak Gatot, pak Hadi (Jenderal Hadi Tjahjanto) itu pernah ke sini. Habis ada pandemi itu didelegasikan oleh Pangdam IV Diponegoro. Habis itu belum ada," bebernya.
Sukirno menambahkan, saat hari libur jumlah kunjungan di Astana Giribangun mencapai 1.000-1.500 peziarah. Dari jumlah tersebut 75 pengunjung merupakan ibu-ibu muda. Mereka hanya berziarah dan berdoa di depan makam Soeharto, ibu Tien serta kedua orang tua. "Mereka rata-rata ibu-ibu yang masih muda. Disini kan free, tidak bayar. Jadi mereka daftar dulu rombongannya, terus dikasih surat, terus ke makam dan berdoa," katanya.
Sukirno menegaskan, jika tidak pernah ada ritual khusus di makam keluarga Soeharto. Hanya dilakukan peringatan saat hari lahir atau hari wafat. Baik untuk Soeharto maupun Siti Hartinah. Itupun hanya dilakukan oleh keluarga dan karyawan hotel milik keluarga di Solo.
"Haul (hari wafat) itu kalau Bu Tien 10 Dzulhijah, itu kemarin dari Lorin Hotel sama Syariah. Kalau pak Harto tiap 8 Juni, hari kelahiran. Kalau haul 27 Januari. Kondisinya disini baik, Insya Allah kondusif, tidak ada kejadian aneh aneh atau mistis tidak ada. Yang penting berziarah puas, datang kesini dengan baik, Insya Allah tidak ada apa-apa," jelasnya.
Sejarah Astana Giribangun
Sebelum dibangun menjadi kompleks permakaman keluarga, Astana Giribangun dulunya merupakan bukit. Tempat tersebut kemudian dibangun sebagai pemakaman khusus pada tahun 1974 oleh Yayasan Mangadeg. Sukirno mengisahkan pembangunan kompleks makam bermula saat Ibu Tien menunjuk lokasi tersebut untuk perluasan Astana Mangadeg yang berada di atas Astana Giribangun.
Astana Mangadeg merupakan makam penguasa Pura Mangkunegan, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I yang bernama lahir Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Di Astana Mangadeg terdapat pula makam Mangkunegara II dan III. Ibu Tien dan Soeharto kerap berziarah ke Astana Mangadeg, lantaran Ibu Tien merupakan keturunan KGPAA Mangkunegara III.