Setiap hari kepala putranya membesar, pasutri asal Bangli pasrah
I Nengah Jatiana dan Ni Wayan Mustini berharap anak mereka bisa hidup normal.
Pasangan suami istri asal Tembuku, Bangli, Bali, selalu menangis sambil mengusap kepala putranya yang terus membesar. Kejadian itu berlangsung sejak sang buah hati dilahirkan.
Ditemui di RSUP Sanglah Denpasar Bali, pasutri I Nengah Jatiana dan Ni Wayan Mustini, hanya bisa termenung dan menangis, sembari terus mengelus kepala putranya, Nengah Widartayasa. Anak mereka mengidap hidrosefalus.
Keluarga berlatar belakang ekonomi kurang mampu ini berharap bisa melihat kepala Widartayasa kembali normal. Kata Mustini ini, pada masa kehamilan tidak merasakan nyeri atau gejala lain.
"Saat hamil tidak ada gejala aneh, normal-normal saja" ujar Mustini sembari mengipas sang anak di Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah, Jumat (15/4).
Hanya saja sejak lahir, Widartayasa memiliki benjolan pada bagian kiri kepala dan ubun-ubun. Sejak itu, kepalanya perlahan membesar hingga kini.
Jatiana merasa sedih dengan keadaan putra satu-satunya. "Sempat syok saat melihat kondisi anak saya yang tiap harinya kepalanya membesar secara perlahan" kata pria yang mengaku hanya sebagai buruh serabutan ini.
Jatiana berharap putranya diberikan kesembuhan sesegera mungkin, dan Widartayasa bisa hidup dengan bentuk kepala normal.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Bali, dr. Kompyang Gautama, penyakit Hidrosefalus rata-rata disebabkan oleh produksi berlebihan dan sumbatan dalam sirkulasi cairan otak, atau cairan serebrospinal. Dia membenarkan pasien hidrosefalus rata-rata berasal dari kalangan orang tua tidak mampu.
"Salah satunya itu, karena ekonomi keluarga. Sehingga kurangnya pemahaman orang tua dalam melakukan pemeriksaan kandungan," kata Gautama.