Sikap diam DPRD hingga Pemprov soal PLTU Celukan Bawang disesalkan
Kata Suweta, yang tak kalah merendahkan wibawa NKRI adalah ketika bendera merah putih lebih rendah dari bendera mereka.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Celukan Bawang, Buleleng Bali ternyata hampir 100 persen tenaga kerjanya warga negara China. Bahkan segala petunjuk dan ketentuan di perusahaan ini juga menggunakan bahasa dan tulisan Mandarin.
Namun atas hal ini belum ada tindakan dari Pemkab, DPRD setempat dan juga Pemprov Bali. Salah satu tokoh masyarakat Buleleng, Nyoman Gede Suweta menyesalkan aksi 'bisu' dan tutup mata para penyelenggara negara tersebut.
"Kalau hanya mengecam, semua orang bisa mengecam dengan tegas. Rakyat ini butuh pelaksanaannya, tidak satupun yang proaktif menyikapi persoalan di PLTU Celukan Bawang, dari sejumlah anggota dewan di Provinsi Bali ini," geram Suweta, Kamis (20/8) di Denpasar, Bali.
Sebagai salah satu tokoh masyarakat Buleleng, dia yang juga merupakan ketua DPD PAN Bali, meminta Dewan di Provinsi Bali ini mengambil sikap untuk menindak langsung pengelola perusahaan PLTU Celukan Bawang ini.
"Ini negeri kita, harus dijunjung adat dan budaya kita. Ini sama saja sudah melukai dan merugikan warga lokal," tegas Suweta.
Kata Suweta, yang tak kalah merendahkan wibawa NKRI adalah ketika bendera perusahaan yang berlabelkan tulisan mandarin ini justru dipasang lebih tinggi dibandingkan bendera Indonesia (Merah-Putih).
Menurut Suweta, PLTU Celukan Bawang yang mampu menyuplai 40 persen energi listrik ke Bali sangat dirasakan masyarakat Bali. Namun jangan sampai hal ini dijadikan sifat merendahkan wibawa dan harga diri bangsa.
"Semua tenaga teknisi pekerjanya orang Tiongkok, nanti bisa jadi ke depannya batubara untuk kebutuhan PLTU di impor pula dari negerinya," lirihnya.
"Sistem Asimetris ini sudah mengobrak-abrik budaya dan ekonomi kita. DPRD harus bersikap cepat, bila perlu bentuk tim pansus," pungkasnya.
Baca juga:
PLTU Celukan Bawang disidak, banyak tenaga asing tanpa dokumen
Giliran Menteri ESDM sindir Menko Rizal Ramli soal listrik 35.000 MW
PLN beri uang warga terdampak PLTU Batang Rp 1 miliar
Pemerintah pecayakan PT JRG untuk izin panas bumi
ESDM beri sinyal bakal revisi program pembangkit listrik 35.000 MW
-
Bagaimana cara PLTA Ketenger menghasilkan listrik? Air yang sudah tertampung di kolam selanjutnya dialirkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
-
Siapa yang membangun PLTU Batang? PLTU Batang merupakan proyek dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta skala besar pertama dengan nilai investasi lebih dari USD 4 miliar.
-
Apa yang menjadi keunggulan teknologi PLTU Batang? PLTU Batang menggunakan teknologi mutakhir terbesar di Asia Tenggara untuk saat ini, yaitu Ultra Super Critical, yang memberikan tingkat efisiensi yang tinggi dan memberikan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan teknologi PLTU sebelumnya.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Mengapa PLTU Batang dibangun? Pembangunan PLTU Batang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35.000 MW.
-
Bagaimana cara PLTA Kracak menyalurkan listrik? “Jadi ini listriknya disalurkan ke Bogor, yang saat itu Buitenzorg sedang butuh, terutama untuk penerangan kantor gubernur. Setelah Buitenzorg memiliki penerangan, listrik disalurkan ke Tanjung Priuk untuk operasional Trem dan perkotaan,” kata sang kreator, Jejak Siborik.