Soekarno-Hatta merasa ingkar janji tak ikut perang bersama Sudirman
Meski dalam kondisi sakit dan medan yang berat, Jenderal Soedirman tetap teguh memimpin pasukan perang melawan Belanda.
Perang gerilya yang dilakukan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman telah diakui seluruh dunia karena mampu membuat Belanda kewalahan dalam Agresi Militer II pada tahun 1948 silam. Jenderal Sudirman yang sedang mengalami sakit paru-paru mampu bertahan hidup dalam perang gerilya di hutan.
Namun ada cerita menarik dalam film Jenderal Sudirman yang baru saja diluncurkan. Film itu mengisahkan perjuangan meraih kemerdekaan melawan penjajah Belanda.
Pada tahun 1948, Belanda menyerang kota Yogyakarta melalui udara. Mereka berhasil menguasai wilayah Jawa. Hal ini akibat perundingan Renville dibatalkan secara sepihak oleh Belanda.
Sudirman pun menemui Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta. Soekarno meminta Hatta tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi di Indonesia karena melihat kondisi Sudirman sedang sakit.
"Tidak ada apa-apa Dimas (Sudirman), lebih baik pulang saja ke rumah istirahat lah," kata Soekarno yang akan melakukan sidang kabinet menentukan sikap pemerintah terkait serangan Belanda dalam film tersebut.
Sudirman tak merasa yakin dengan pernyataan Soekarno. "Saya akan menunggu hasil sidang di luar," tegas Sudirman seperti dikutip film Jenderal Sudirman saat nonton bareng di Epicentrum, Jakarta, Senin (24/8).
Sidang kabinet menyepakati pemerintahan diambil alih oleh Sjafruddin Prawiranegara. Namun Sudirman malah bersikap keras untuk melawan penjajah Belanda.
"Presiden harus ikut kami berperang," ajak Sudirman.
Namun Soekarno menolak dengan penuh pertimbangan. Dia ingin memimpin rakyat Indonesia dan melawan Belanda dengan politiknya.
"Dimas (Sudirman) tidak bisa, kami harus ada di sini. Kamu seorang tentara yang harus bersama prajurit berperang. Kalau saya ikut malah mudah dibunuh Belanda," kata Soekarno.
Perang gerilya di hutan dengan kondisi tak memungkinkan, cuaca hujan, tanah penuh lumpur dan jalan yang curam tak membuat Sudirman menyerah. Sudirman yang serba kekurangan saat bergerilya juga membuat prajurit enggan pulang bertemu dengan keluarganya.
Hatta dan Soekarno melihat Sudirman yang bergerilya di hutan merasa khawatir dengan kondisi yang minim. Keduanya pun merasa bersalah tak ingin bergerilya dengan Sudirman.
"Kita minum enak di sini sedang kan Sudirman di hutan memimpin perang gerilya. Saya merasa ingkar janji sama Sudirman," kata Hatta.
"Saya pun demikian, merasa ingkar janji. Saat saya pidato di depan Sudirman. Saya akan memimpin perang bersama rakyat langsung. Begitu juga saat saya mengatakan kepada Sri Sultan," lanjut Soekarno.
Hingga akhirnya saat perundingan Roem-Royen, Sudirman menolak pulang ke Yogya meski Belanda dan Indonesia menyepakati beberapa hal. Namun setelah mendapatkan surat dari Sri Sultan, dia segera pulang ke Yogya menemui Soekarno dan Hatta.
"Saya serahkan pemerintah militer kepada sipil. Saya ingin kembali bersama keluarga dan menjadi tentara," tukas Sudirman kepada Soekarno dan Hatta.
Baca juga:
Rusak parah, buku kuno koleksi peninggalan PB X diperbaiki
Gedung Sarinah Malang, saksi bisu cikal bakal DPR RI pertama
Perjalanan Jenderal TNI Abdul Haris Nasution di masa kemerdekaan
Lintas sejarah perjuangan TNI sejak kemerdekaan hingga kini
Kisah mengharukan cinta Laksamana Maeda untuk Indonesia
-
Siapa yang menculik Sukarno dan Hatta? Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu. Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno.
-
Kapan Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda? Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
-
Kenapa para pemuda menculik Sukarno dan Hatta? Para pemuda memutuskan untuk membawa SUkarno agar tidak dipengaruhi Jepang. Mereka membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok yang saat itu dianggap cukup tersembunyi dan sukar dilacak Tentara Jepang.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Apa yang disita Bea Cukai Soekarno Hatta? Puluhan kilogram sisik tenggiling yang digagalkan itu dikemas dalam lima paket, yang diperkirakan nilainya mencapai Rp3 miliar. Paket itu dengan pemberitahuan cassava chips dan saat diperiksa didapati keripik singkong bercampur sisik tenggiling yang telah dikeringkan," tegas Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno Hatta, Gatot Sugeng Wibowo, Rabu (20/12).