Stasiun MRT ditargetkan tampung 600 ribu penumpang per hari
Secara total, ada empat TBM yang direncanakan akan dioperasikan dalam pekerjaan konstruksi proyek MRT Jakarta Fase I.
Warga DKI Jakarta tengah menanti pemerintah pusat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta menyelesaikan proyek Mass Rapid Transit (MRT). Proyek MRT ini akan dibangun dalam 2 fase dan diyakini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengentaskan kemacetan Ibu kota yang tak kunjung mendapat titik temu.
PT MRT Jakarta sudah mengoperasikan mesin bor bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) Antareja kedua, pada Rabu (11/11) lalu. Setelah Antareja 1 ditepikan, Antareja 2 sudah siap melanjutkan tugas melubangi perut Jakarta dari Stasiun Senayan menuju Stasiun Istora kemudian ke Stasiun Bendungan Hilir dan berakhir di Stasiun Setiabudi.
Secara total, ada empat TBM yang direncanakan akan dioperasikan dalam pekerjaan konstruksi proyek MRT Jakarta Fase I (Lebak Bulus-Bundaran HI). Dua TBM lainnya direncanakan akan dioperasikan dari Bundaran HI-Setiabudi.
Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Dono Boestami mengatakan, jika telah rampung dan siap beroperasi, tiap stasiun MRT disebut dapat menampung dan melayani penumpang sekitar 237-300 ribu per hari. Bahkan, bila telah berjalan normal, tiap stasiun dapat melayani sekitar 600 ribu penumpang.
"Per hari tadi kita lihat seluruh sistem itu antara 237-300 ribu tahap awal bahkan bisa sampai 600 ribu penumpang per hari," kata Dono kepada Merdeka.com, di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (6/1).
Selain itu, kata dia, pihak MRT mengklaim saat terjadi hujan, untuk pintu masuk dan stasiun MRT tidak akan terendam banjir. Karena, pintu masuk telah dibangun lebih tinggi dari permukaan jalan disekitarnya, yakni sekitar 1-2 meter. Sedangkan, untuk di dalam stasiun, pihaknya telah menyediakan pompa dan sistem drainase yang memadai.
"Kalau kita lihat desainnya dari stasiun kami entrance itu lebih tinggi dari permukaan jalan naik dulu sekitar 1-2 meter baru turun ke bawah. Kalaupun ada nanti ada rolling door kalaupun masih ada disini sudah disiapkan pompa-pompa dan sistem drainasenya," jelasnya.
Dono juga mengklaim stasiun MRT yang akan dibangun pihaknya akan selevel dengan stasiun yang ada di luar negeri. Lanjut dia, tiap stasiun nantinya akan disediakan berbagai fasilitas bertaraf internasional, semisal area komersial (retail), kantor PT MRT, kantor sistem operasi, pos tiket dan berbagai fasilitas lain.
Untuk area komersil, Dono mengaku akan menunjuk konsultan bisnis. Langkah tersebut dilakukan karena Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta area bisnis dapat memberikan keuntungan baik bagi pengusaha ataupun pemerintah.
"Seperti stasiun MRT metro luar negeri ada toilet, offices MRT-nya, ticketing office, ada sedikit retail. Untuk retail belum, kami sedang proses untuk menunjuk konsultan bisnisnya karena ini harus pesan dari Gubernur harus menguntungkan bisnis to bisnis. Jadi kami mau menunjuk pihak independen untuk skema bisnis yang tepat itu sudah berjalan," ungkapnya.
Seperti diketahui, proses pengeboran terowongan (tunnel) ini menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM) atau bor raksasa bernama Antareja ini memiliki diameter 6,7 meter dan total panjang 43 meter. Bobot secara keseluruhan mesin ini, mulai dari bagian kepala (cutterhead) hingga bagian akhir (backup cars) mencapai 323 ton.
Ada empat mesin yang akan dipergunakan oleh PT MRT Jakarta untuk membangun subway. Mesin bor 'Antareja' ini akan dioperasikan oleh kontraktor paket pekerjaan CP 104 dan 105 (Senayan-Setiabudi), yaitu SOW Joint Venture yang terdiri dari Shimizu, Obayashi, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi.
Mesin bor ini menggunakan teknologi Earth Pressure Balance (EPB) pertama di Indonesia yang diproduksi perusahaan Jepang, Japan Tunnel Systems Corporation (JTSC). Sementara itu, mesin bor kedua dan ketiga masih dalam proses perakitan. Kedua mesin ini akan segera beroperasi untuk melanjutkan tahapan pembangunan terowongan MRT.
Baca juga:
Dirut MRT sebut pengeboran tahap I kejar target, selesai tahun ini
Stasiun MRT akan dibangun 3 tingkat, begini fasilitasnya
Proyek MRT, 'perut' Bundaran HI-Setiabudi dibor akhir Januari
Menengok pengeboran terowongan MRT
Melihat lebih dekat pembangunan stasiun MRT di Dukuh Atas
Mengenal Antareja, tumbal perang Bharatayuda dan proyek MRT
Melihat lebih dekat mata mesin bor proyek MRT
-
Di mana MRT Jakarta berada? Terdapat enam kilometer jalur Mass Rapid Transit (MRT) di bawah tanah Jakarta.
-
Bagaimana MRT Jakarta dibangun? Koridor 1 MRT mulai beroperasi sejak 2019. Jalurnya sepanjang 16 kilometer. 10 kilometer jalur layang dan 6 kilometer di bawah tanah.
-
Kapan MRT mulai dibangun? Tahukah Anda jika MRT sebenarnya sudah dirintis sejak era Orde Baru, yakni tahun 1985.
-
Bagaimana MRT Jakarta mengelola kerumunan saat misa berlangsung? MRT Jakarta juga menyiapkan manajemen kerumunan (crowd management) melalui penambahan petugas dan peralatan pendukung seperti pengeras suara dan rambu penunjuk arah di area stasiun.
-
Ke mana rute terjauh bus PMTOH? Lebarkan Sayap Seiring berjalannya waktu, PMTOH semakin berkembang sehingga berhasil membuka trayek baru yaitu Medan-Jakarta-Solo pada tahun 1980 sampai sekarang ini.
-
Bagaimana Kota Metro memperoleh namanya? Melansir dari situs djkn.kemenkeu.go.id, sejarah penamaan Metro ini terbagi dalam beberapa versi sejarah. Pertama, kata 'Metro' diambil dari "Meterm" atau dalam bahasa Belanda artinya Pusat. Arti ini disebabkan oleh letak wilayah yang tepat di tengah-tengah antara Lampung Tengah dan Lampung Timur. Sementara itu, versi keduanya adalah berasal dari Bahasa Jawa yaitu 'Mitro' yang berarti teman, mitra, atau kumpulan.