Jadi Daerah Tujuan Transmigrasi dari Pulau Jawa, Ini Fakta Menarik Kota Metro di Lampung
Kota Metro termasuk kota terbesar kedua yang berada di Lampung.
Kota Metro termasuk kota terbesar kedua yang berada di Lampung.
Jadi Daerah Tujuan Transmigrasi dari Pulau Jawa, Ini Fakta Menarik Kota Metro di Lampung
Setiap kota di Indonesia tentunya memiliki ciri khas dan ikon masing-masing, baik itu dari segi sejarah, penduduk, bahkan hingga objek wisatanya. Kota Metro di Provinsi Lampung adalah salah satu kota unik yang tidak banyak orang tahu.
Secara administratif, Kota Metro ini berjarak sekitar 52 km dari ibu Kota Bandar Lampung. Kota Metro termasuk kota terbesar kedua yang berada di Lampung. (Foto: Wikipedia)
-
Kenapa Kampung Melayu Semarang jadi tempat wisata? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Apa yang menjadi ikon utama Kota Lampung? Ikan Tuhuk atau Ikan Marlin cukup populer di kalangan masyarakat Lampung. Bahkan, sosok Ikan Tuhuk menjadi ikon utama kota tersebut.
-
Bagaimana Semarang jadi kota besar? Di bawah pimpinan Pandanaran II, daerah Semarang terus berkembang sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang.
-
Dimana lokasi Kampung Jawa? Kampong Sri Arjuna, tepatnya berada di Sarawak, Malaysia.
-
Kenapa Jawa Tengah jadi daerah tujuan mudik terbanyak? Lima daerah destinasi mudik tertinggi pada Lebaran 2023 adalah: Jawa Tengah (32,75 juta orang), Jawa Timur (24,6 juta orang), Jawa Barat (20,72 juta orang), Jabodetabek (8,07 juta orang), dan Yogyakarta (5,9 juta orang).
-
Kenapa orang Blitar pindah ke Sumatra? Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya Pada masa silam, pertumbuhan penduduk yang tinggi di Pulau Jawa berdampak pada kondisi sosial masyarakat.
Mendengar Metro, tentu yang terlintas dipikiran adalah sebuah daerah yang berkemajuan, baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusianya. Akan tetapi, Kota Metro bukanlah demikian adanya, melainkan menjadi wilayah 'pusat' yang sudah terbentuk sejak zaman Hindia Belanda.
Selain menjadi kota terbesar kedua di Lampung, masih ada fakta menarik lainnya dari Kota Metro. Penasaran? Simak rangkuman informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Lahir dari Kolonisasi
Melansir dari berbagai sumber, Kota Metro terbentuk dari sebuah kolonisasi dan terbentuknya sebuah desa induk baru yang bernama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo merupakan bagian dari Onder Distrik Gunungsugih yang masih termasuk wilayah Marga Nuban.
Awalnya kota ini masih cukup terisolir. Sejak tahun 1936, pemerintah Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan di Pulau Jawa. (Foto: djkn.kemenkeu.go.id)
Pada Juni 1937, nama daerah ini diganti menjadi Metro sekaligus berdirinya pusat pemerintahan Onder Distrik atau setingkat Kecamatan. Untuk atasan distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh Controleur berkebangsaan Belanda.
Asal-usul Penamaan Metro
Melansir dari situs djkn.kemenkeu.go.id, sejarah penamaan Metro ini terbagi dalam beberapa versi sejarah. Pertama, kata 'Metro' diambil dari "Meterm" atau dalam bahasa Belanda artinya Pusat. Arti ini disebabkan oleh letak wilayah yang tepat di tengah-tengah antara Lampung Tengah dan Lampung Timur.
Sementara itu, versi keduanya adalah berasal dari Bahasa Jawa yaitu 'Mitro' yang berarti teman, mitra, atau kumpulan. Dalam sebuah menara yang dinamakan "Meterm Tower" menjadi bukti sejarah jika nama Metro ini merujuk pada bahasa Belanda tadi.
Kota Transmigran
Selain menjadi kota terbesar kedua, rupanya Kota Metro sudah menjadi tempat transmigran orang-orang Jawa. Meski sudah berlangsung sejak zaman kolonial, namun kota ini masih dikenal sebagai daerah transmigran.
Secara umum, kota ini cenderung tumbuh kebudayaan Jawa, hal ini dikarenakan sudah beberapa generasi keluarga Jawa yang hidup dan menetap di Kota Metro.
Kearifan Lokal Jawa
Dengan menetapnya orang-orang Jawa ini membawa budaya-budaya lokal mereka ke daerah ini sehingga berubah menjadi kearifan lokal. Adapun contoh dari kearifan lokal yang berasal dari keturunan Jawa adalah Otot Gurih dan Nyakai.
Otot Gurih sendiri hampir mirip dengan prinsip gotong royong. Kearifan lokal ini diambil dari dua nama yaitu "Otot" dan "Gurih". Kata Otot di sini adalah bagi kaum laki-laki bersama-sama mengeluarkan otot atau tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan bagi kepentingan bersama.
Sedangkan kata Gurih berlaku bagi kaum perempuan yang bekerja sama membuat hidangan makanan yang alat-alat hingga bahan makannya juga dikumpulkan secara bersama-sama.
Sementara Nyakai sendiri adalah sebuah budaya masyarakat Kota Metro dalam hal tolong-menolong sesama ketika ada acara hajatan atau menyelenggarakan suatu acara besar.
Ada Bendungan Dam Raman
Kota Metro memiliki beberapa fasilitas yang cukup untuk menunjang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah Bendungan bernama Dam Raman atau biasa disebut Dam Way Raman.
Lokasi bendungan ini berada sejauh 8 km dari pusat Kota. Sebelum menjadi salah satu objek wisata, bendungan ini pernah menjadi sumber irigasi serta pengairan bagi persawahan di Kota Metro dan kabupaten di sekitarnya.
Bendungan ini sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda yang namanya diambil dari "Dam" dan "Raman". Dam itu artinya bendungan sementara Raman berarti indah. Maka dari itu, Dam Raman ini diartikan sebagai bendungan yang indah.