Menyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang
Kawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Kawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Menyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang
Kota Palembang mungkin identik dengan Kerajaan Sriwijaya, Jembatan Ampera, dan makanannya yang legendaris yakni pempek. Kembali ke era kolonialisme, kawasan ini juga menjadi salah satu tempat penting dalam jalur perdagangan rempah.
Sungai Musi yang juga tergolong sebagai sarana transportasi laut bagi para pedagang ini datang dari berbagai negara, mulai dari Arab hingga Tionghoa pun banyak yang mencari pundi-pundi uang di tempat ini. Hal tersebut memicu adanya pemukiman-pemukiman warga di tepi sungai.
(Foto: Wikipedia)
-
Siapa yang mendiami Kampung Kolonial? Dulunya rumah-rumah itu digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok.
-
Dimana Kampung Kolonial berada? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA.
-
Apa yang dijuluki sebagai Kampung Kolonial? Saat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
-
Kenapa Kampung Kolonial dijuluki demikian? Saat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
-
Siapa Kapitan Tionghoa pertama di Tarutung? Kim juga merupakan kapitan Tionghoa pertama di Tarutung. Ia menjabat pada 1916 - 1933.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
Salah satu perkampungan yang cukup legendaris di Palembang adalah Kampung Kapitan. Dulunya kawasan ini merupakan tempat pertama kali yang menjadi rumah tinggal warga Tionghoa di masa penjajahan Belanda.
Lantas, seperti apa sejarah dari Kampung Kapitan di Palembang? Simak ulasan informasinya yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Rumah Perwira
Mengutip beberapa sumber, penamaan Kampung Kapitan ini terdapat tiga buah rumah milik seorang perwira. Pendirinya adalah Lioang Taow Ming, seorang yang memiliki pengaruh besar terhadap komunitas Tionghoa di Palembang.
Lioang yang memang diutus untuk melakukan perdagangan itu kemudian diangkat menjadi perwira oleh pemerintah Belanda untuk mengatur wilayah 7 Ulu dan sekitarnya. Kemudian, jabatannya ini dilanjutkan oleh Tjoa Kie Tjuan dengan pangkat mayor.
Kemudian, jabatan tersebut dilanjutkan lagi oleh Tjoa Han Him yang memiliki pangkat kapiten atau kapitan. Maka dari itu, wilayah ini dinamakan Kampung Kapiten karena ketiga rumah mereka berdiri di kawasan ini.
(Foto: Instagram/msulthonrf)
Persinggahan Para Pedagang
Letak Kampung Kapitan yang berada di tepi Sungai Musi menjadi sangatlah strategis. Banyak sekali pedagang-pedagang lalu-lalang melewati wilayah tersebut.
(Foto: instagram/farisyah_mu)
Kampung yang sudah berdiri dari tahun 1644 ini berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang yang sedang berada di Palembang. Kampung Kapitan yang cukup sentral bagi perdaganan kota, tentunya sangat pas bagi para pedagang untuk istirahat sejenak di tempat ini.
Masih Dimanfaatkan
Kampung Kapitan yang usianya sudah sangat tua ini terdiri dari akulturasi antara budaya Tionghoa dan Palembang. Pada bagian dalam rumahnya, begitu kental dengan nuansa Tionghoa, sementara pada sisi budaya Palembang tergambarkan dalam gaya rumah tradisionalnya.
Meski sudah berdiri cukup lama, sampai sekarang kawasan Kampung Kapitan masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat tinggal. Pada awalnya hampir seluruh bangunan masih menggunakan kayu, seiring berjalannya waktu bahan bangunan modern sudah digunakan pada beberapa bangunan.
Kemudian ada beberapa bangunan dengan arsitektur rumah panggung dan rumah ketiga perwira itu dihuni oleh keturunannya. Tepat dibagian tengah kampung terdapat pagoda yang menjadi menari perhatian pengunjung.
Kawasan Cagar Budaya
Saat ini, Kampung Kapitan sudah menjadi bagian dari kawasan cagar budaya agar keberadaannya terus lestari dan terjaga dengan baik. Lebih dari itu, tempat ini juga menjadi salah satu ikon sejarah Kota Palembang.
Selain itu, banyak masyarakat yang datang ke tempat ini untuk melihat langsung rumah-rumah bergaya Tionghoa-Palembang. Lokasinya yang masih dekat dengan pusat kota, tentu aksesnya mudah dan tidak perlu ongkos yang banyak.