Dibangun 200 Tahun Lalu, Ini Potret Megah Rumah Crazy Rich di Pasuruan dan Kisah di Baliknya
Bangunan rumah ini merupakan perpaduan arsitektur khas Belanda, Cina, dan Jawa
Bangunan rumah ini merupakan perpaduan arsitektur khas Belanda, Cina, dan Jawa
Dibangun 200 Tahun Lalu, Ini Potret Megah Rumah Crazy Rich di Pasuruan dan Kisah di Baliknya
Salah satu bangunan yang mencuri perhatian Kelurahan Karanganyar, Kota Pasuruan adalah bangunan megah yang didominasi warna putih. Bangunan yang dikenal dengan nama Rumah Singa ini punya kisah masa lalu yang menarik untuk diketahui.
-
Apa yang istimewa dari rumah crazy rich di Pasuruan? Salah satu bangunan termegah di Kabupaten Pasuruan ini menyimpan cerita sejarah yang menarik. Bangunan yang kini dikenal sebagai Hotel Daroessalam ini dulunya milik keluarga crazy rich kesayangan Belanda.
-
Apa tempat wisata di Pasuruan yang dikenal dengan sejarah? Candi ini merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Singasari yang dibangun pada abad ke-13.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik Rumah Bersejarah itu? Saat itu pemilik rumah tersebut adalah Raden Mas Ari Sumarmo Sastro Dimulyo.
-
Siapa yang membangun rumah megah? Selain keharmonisan dalam pernikahan, Ega dan Rafly juga diberkahi dengan kelimpahan rezeki. Bukti nyata adalah mereka telah berhasil membangun sebuah hunian yang sangat megah.
-
Siapa pemilik awal Rumah Pesik? Pemilik Pertama Rumah Persik adalah R. Ng. Bahoewinangun. Bangunan itu pertama kali didirikan pada tahun 1840 oleh Bahoewinangun yang merupakan seorang Penewu, Abdi Dalem Kasultanan Yogyakarta.
Kepemilikan
Rumah ini dibangun pada tahun 1825. Mengutip situs resmi Pemkot Pasuruan, rumah ini pertama kali dimiliki oleh orang Belanda. Kemudian pada tahun 1840-an, rumah ini dibeli Tan Kong Seng, seorang kapitan Cina. Pada tahun 1860, Tan Kong Seng merenovasi rumahnya. Ia mendatangkan lantai marmer dan pagar besi dari italia.
Pada awal abad ke- 20 rumah singa menjadi rumah tinggal Ir. Kwee, cucu Tan Kong Seng. Mereka hidup dalam budaya Cina, Jawa dan Eropa. Beberapa bagian rumah direnovasi dengan perpaduan ketiga budaya tersebut.
Perpaduan budaya Jawa, Cina, dan Eropa melahirkan gaya arsitektur unik yang tidak ditemukan di daerah lain. Beberapa ahli menyebutnya sebagai arsitektur Chinese of Pasuruan.
Arsitektur
Singa yang merupakan simbol pemerintah Belanda dibuat patung yang ekspresif di depan rumah sang kapiten.
Pada abad ke-19 langgam Imperal menjadi banyak dipakai pada bangunan di Hindia Belanda. Langgan yang merupakan pengaruh Prancis ini masuk ke Indonesia saat Daendels menjadi gubenur Jenderal Hindia Belanda.
Apalagi ditunjang Pasuruan sebagai Kota Pelabuhan dagang yang membuat sang kapiten lebih mudah mendatangkan barang- barang impor untuk menghiasi rumah mewahnya.
Bangunan kuno ini bentuknya mengingatkan pada desain Belanda, dengan atap bergaya Cina yang dihiasi ornamen khas. Keunikan ini memberikan nuansa eksotis yang jarang ditemukan pada bangunan-bangunan sejenis.