Status Merapi Masih Siaga, Pengungsi Diminta Bersabar dan Tak Kembali ke Rumah
Anwar tak memungkiri, jika saat ini para pengungsi mengalami kejenuhan. Kendati demikian, mereka diminta untuk tidak meninggalkan tempat pengungsian dan tetap berada di lokasi demi keselamatan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten meminta para pengungsi Gunung Merapi agar tetap bersabar dan tidak meninggalkan tempat evakuasi sementara. Hal tersebut karena status Gunung yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta tersebut masih berada pada level 3 atau siaga.
"Merapi itu statusnya kan masih tetap level 3, kalau saya menurunkan status kan enggak bisa. Sampai kapan kita kan enggak tahu, jadi ya harus tetap siaga. Untuk pengungsi pun saya imbau tetap sabar, harapan saya seperti itu," ujar Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Sip Anwar, Kamis (17/12).
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Dimana Gunung Merapi terletak? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Apa yang terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi? Semakin dekat ke puncak, terlihat sebuah guguran lava meluncur dari kawah dengan batu-batunya yang masih merah memancarkan nyala api.
-
Apa yang terjadi pada bentuk kubah lava Gunung Merapi? Perubahan bentuk kubah lava itu teramati berdasarkan analisis morfologi pada periode 30 Juni-6 Juli 2023 BPPTKG menyebut morfologi kubah lava di sebelah barat daya Gunung Merapi mengalami perubahan.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Di mana batuan jumbo di Gunung Merapi ditemukan? Saat menyusuri kawasan hulu Sungai Boyong yang berada di area Taman Nasional Gunung Merapi, tim kanal YouTube Jogja Plus menemukan banyak batuan berukuran jumbo.
Anwar tak memungkiri, jika saat ini para pengungsi mengalami kejenuhan. Kendati demikian, mereka diminta untuk tidak meninggalkan tempat pengungsian dan tetap berada di lokasi demi keselamatan.
"Ya harus sabar. Kalau di pengungsian itu jenuh ya pasti. Ya bagaimana lagi, keadaannya seperti ini. Yang penting kan mengutamakan keselamatan. Kalau nanti level nya sudah turun, ya kami persilakan untuk kembali ke rumah masing-masing," tandasnya.
Untuk para relawan, khususnya relawan lokal Klaten pihaknya masih terus memonitor perkembangannya. Terutama terkait kondisi kesehatan. Sedangkan untuk relawan dari luar daerah, pihaknya meminta agar tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19. Yakni dengan mengutamakan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
"Untuk relawan dari luar sementara tidak dulu. Bukannya kita mem-blacklist mereka, tapi ini bentuk kehati-hatian, untuk menjaga semua. Orang yang terkonfirmasi kita kan tidak tahu, ini masih masa pandemi. Jadi mereka tetap harus mengedepankan protokol kesehatan," katanya.
Anwar menambahkan, untuk para relawan luar daerah diharapkan membawa surat keterangan bebas Covid-19. Atau harus melalui tes rapid, sebelum memberikan bantuan. Terkait para donatur hingga saat ini masih berjalan. Namun tidak diperbolehkan melakukan kontak langsung dengan para pengungsi.
"Mereka itu tidak boleh langsung ketemu dengan para pengungsi. Mereka juga harus mengenakan masker, cuci tangan dan menjaga jarak, kemudian juga kita cek suhunya," katanya lagi.
Lebih lanjut Anwar menyampaikan, hingga saat ini jumlah pengungsi di Desa Balerante sebanyak 279 jiwa. Menurutnya tidak terlalu banyak yang kembali ke rumah di kawasan rawan bencana (KRB) III. Sementara untuk para pengungsi yang ada di Desa Tegalmulyo, memang mengalami penurunan. Sebagian pengungsi sudah kembali ke rumah.
"Pengungsi di Tegalmulyo tinggal 59 kurang lebih. Penurunannya itu juga fluktuatif. Mereka itu kadang ada aktivitas didukuhnya. Ada yang pengajian, sembahyangan atau mungkin keperluan yang lain," jelasnya,
Untuk warga Desa Tegalmulyo, dikatakannya, memang kebanyakan warga tetap lakukan aktivitas dari pagi hingga sore hari di kampungnya masing-masing. Namun mereka akan kembali ke pengungsian setelah malam hari. Namun demikian, pihaknya tetap meminta para pengungsi untuk senantiasa waspada dan melihat perkembangan kondisi Merapi.
"Yang namanya erupsi Merapi itu kan bisa terjadi sewaktu waktu. Jadi kalo pas nyari rumput, harus kadang ndengegek (berdiri) melihat kondisi Merapi. Kalau sekiranya membahayakan, ya saya minta untuk turun kembali ke pengungsian," tandasnya.
(mdk/eko)