Strategi Komunikasi Jadi Kunci Sosialisasi Aturan Jaga Jarak di Masyarakat
Pemerintah terus menggencarkan perilaku 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah persebaran Covid-19 di masyarakat. Setelah berjalan selama beberapa bulan, rupanya perilaku menjaga jarak masih sulit dilakukan oleh masyarakat.
Pemerintah terus menggencarkan perilaku 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah persebaran Covid-19 di masyarakat. Setelah berjalan selama beberapa bulan, rupanya perilaku menjaga jarak masih sulit dilakukan oleh masyarakat.
"Kita memang mengerucutkan perilaku itu adalah kepada disiplin penerapan 3M, yang mana urutannya adalah menggunakan masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta mencuci tangan menggunakan sabun. Tadinya kan mencuci tangan itu di urutan kedua. Sekarang diputar menjadi urutan ketiga, yang jaga jarak itu jadi urutan kedua karena memang jaga jarak ini hal yang sulit ya untuk diterapkan," kata Kasubbid Sosialisasi Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Dwi Listyawardani, melalui diskusi virtual, Jumat (6/11).
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Kapan Sepur Kluthuk Jaladara diresmikan? Kereta api uap ini diersmikan pada tahun 2009 oleh Menteri Perhubungan saat itu, Jusman Syafi'i Djamal.
Dwi mengatakan, bahwa Covid-19 merupakan persoalan yang sangat ditentukan oleh jaga jarak antara satu orang dengan orang lain yang kemudian jika dilanggar dapat menyebabkan penularan. Dwi juga mendapati beberapa kader yang bertugas mensosialisasikan 3M sering mengeluhkan persoalan jaga jarak dan berkumpul di masyarakat. Oleh karena itu, harus ada strategi dalam mensosialisasikan atau mengomunikasikan terkait perilaku 3M kepada masyarakat.
"Langkah pertama tentunya kita harus melihat bagaimana kita melakukan ini secara terstruktur dan berkelanjutan. Jadi enggak bisa hanya sekali kemudian didiamkan. Kita harus ada pemeliharaannya,” imbuhnya.
Selain itu, Dwi juga menyampaikan pentingnya untuk bermitra dengan berbagai pihak guna mensosialisasikan 3M ini. “Bermitra. Kita enggak mungkin melakukan itu sendiri, kita harus bergandeng tangan dengan berbagai pihak. Kemudian juga memperkuat komunikasi massa. Oleh karena itu peran dari media massa dalam berbagai bentuk ini sangat penting untuk memelihara keberlanjutan, mengingatkan secara terus menerus," ujar dia.
Langkah lain untuk dapat mengubah perilaku masyarakat di tengah pandemi adalah dengan melibatkan komunitas dan tokoh-tokoh masyarakat. Hal ini penting karena kebanyakan masyarakat Indonesia masih sangat percaya dan mendengarkan tokoh-tokoh masyarakat. Oleh karena itu jika tokoh masyarakat memiliki kontra dengan pemerintah terkait Covid-19, maka akan menjadi suatu persoalan.
Dwi mengatakan dari survei yang ada, sekitar 17-20% masyarakat masih percaya bahwa COVID-19 itu nyata. Dan tidak menutup kemungkinan ada juga orang yang percaya namun tidak sepenuhnya.
"Oleh karena itu tentunya proses awal, kita harus memberikan informasi yang benar tentang apa itu Covid-19 kemudian tentunya akan terbentuk sebuah opini yang positif, sesuai dengan apa yang kita harapkan baik di level individu, maupun kelompok, keluarga, dan institusi," tandasnya.
Reporter Magang: Maria Brigitta Jennifer
Baca juga:
VIDEO: Meminimalisasi Risiko Penyebaran Covid-19 di Rumah
VIDEOGRAFIS: Menjawab Keraguan Soal Vaksin Sinovac
VIDEO: Mencegah Penularan Covid-19 Pada Orang Dengan Komorbid
VIDEOGRAFIS: Perbedaan Vaksin, Vaksinasi, dan Imunisasi
VIDEO: Indonesia Bersiap Vaksinasi Covid 19 pada Desember 2020
Persentase Jaga Jarak di Bawah 50%, Norma Sosial dan Mispersepsi OTG Jadi Penyebab