Sulap Kain Perca Jadi Masker, Cara Perajin Batik Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
UMKM dinilai tangguh bertahan di masa krisis. Di Kota Solo misalnya, meski bertahan, UMKM batik harus berjuang lebih keras menghadapi situasi seperti ini. Apalagi produk batik bukanlah kebutuhan sehari-hari, sehingga harus pandai mencari peluang.
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 8 bulan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Kondisi tersebut membuat roda perekonomian tersendat, termasuk sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang notabene menjadi penopang perekonomian di tengah pandemi.
UMKM dinilai tangguh bertahan di masa krisis. Di Kota Solo misalnya, meski bertahan, UMKM batik harus berjuang lebih keras menghadapi situasi seperti ini. Apalagi produk batik bukanlah kebutuhan sehari-hari, sehingga harus pandai mencari peluang.
-
Kapan kepala ular raksasa tersebut ditemukan? Pasca kejadian gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala richter ini telah merusak beberapa bangunan dan salah satu sekolah hukum di kota ini. Pada proses pembongkaran ternyata pada pondasi bangunan ini ditemukan sebuah patung yang berasal dari zaman Aztec 500 tahun lalu.
-
Kapan Keraton Surakarta dibangun? Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.
-
Di mana kepala ular raksasa tersebut ditemukan? Pasca kejadian gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala richter ini telah merusak beberapa bangunan dan salah satu sekolah hukum di kota ini.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan patung kepala ular raksasa itu ditemukan? 'Kepala' ular raksasa warna-warni muncul dari bawah gedung fakultas hukum di salah satu universitas di Mexico City, Meksiko, setelah gempa mengguncang wilayah tersebut tahun lalu.
-
Siapa yang memberikan pasukan Panyutra kepada Kraton Surakarta? Konon prajurit itu merupakan hadiah dari Madura.
Seperti yang dialami Esti Kiswandari, perajin batik asal Kampung Baru, Solo. Wabah corona membuat pemilik ‘Griya Kain’ itu harus merumahkan belasan karyawannya. Dari 13 karyawan, saat ini tinggal dua orang tersisa untuk membantu mengelola bisnis batik miliknya. Sebelas karyawan lainnya terpaksa dirumahkan untuk sementara waktu.
“Untuk sementara 11 karyawan dan pengrajin saya liburkan dulu. Karena sedang tidak produksi kain batik, saya belum berani mengembangkan bisnis,” ujar Esti, Sabtu (17/10).
Esti mengaku akan menghabiskan stok yang ada terlebih dulu. Jika pun ada pesanan, dia akan menawarkan stok yang ada. Untuk bertahan, pengrajin binaan Pertamina itu harus beralih untuk pembuatan masker.
“Pengrajin yang saya liburkan juga ikut membantu jualan masker. Yang penting karyawan tetap bisa bertahan, bisa jalan,” katanya.
Esti mengungkapkan, dalam sehari, sedikitnya ia dan pengrajin bisa memproduksi minimal 300 masker. Bahkan sering kali Esti menerima pesanan hingga 500 masker. Ia mengaku bisa memperoleh masukan hingga Rp 2 juta sehari.
Esti menyampaikan, sudah sejak bulan April lalu dirinya mulai memproduksi masker. Pada awalnya ia memanfaatkan kain perca bermotif batik untuk masker produksinya. Namun seiring berjalannya waktu, saat ini jenis masker yang diproduksi sudah berharga mahal. Mulai dari batik print sampai batik sutra, dari harga Rp 5 ribu hingga kelas premium berharga Rp 35 ribu.
"Mungkin sekarang rezeki kami lewat masker dulu,” kata Esti.
Dia mengungkapkan, saat ini pihaknya memproduksi beragam jenis masker bermotif batik. Mulai dari berbahan batik print seharga Rp 5 ribu, masker batik cap sogan seharga Rp 7,5 ribu, dan masker batik sutra seharga Rp 35 ribu. Menurutnya, dari pelbagai jenis tersebut, paling banyak peminatnya adalah masker batik print dan masker batik cap sogan.
"Penjualannya bisa sampai 500 masker sehari. Karena kondisi Covid, sekarang penjualannya online. Ada yang lewat marketplace, ada yang lewat costumer lama kami,” katanya.
Selain dalam negeri, pihaknya juga kebanjiran pesanan mancanegara. “Ini kami sedang mengerjakan pesanan masker ke Honolulu (Hawaii, Amerika Serikat) sebanyak 10 lusin. Sebelumnya ada pesanan juga ke Jerman dan Australia lewat customer. Pernah kirim souvenir tempat kartu 500 pacs ke Swedia,” ujar dia.
Esti mengaku mendapatkan ilmu marketing setelah menjadi bagian dari UMKM mitra Pertamina. Esti mengenal Pertamina sebagai pemberi pinjaman modal bagi UMKM sejak 2005 silam. Awalnya, ia belum berani mengajukan pinjaman. Karena modal yang dibutuhkan sekitar Rp 50 juta untuk mengembangkan bisnisnya.
“Tadinya ingin pinjam, tapi takut tidak bisa membayar. Lagian saya hanya punya mobil sebagai agunan, tapi kami perlu pendampingan. Baru akhirnya tahun 2017 kami jadi mitra Pertamina. Ternyata proses pengajuan proposalnya mudah sekali,” ucapnya.
Bermodal sebuah mobil hasil mengikuti berbagai pameran, Esti memberanikan diri mengajukan proposal menjadi UMKM mitra Pertamina. Proposalnya lolos, Esti resmi menjadi UMKM binaan Pertamina. Sejak saat itu, Esti pun harus siap ikut undangan berbagai pameran ke seluruh Indonesia.
Berbagai benefit ia rasakan, termasuk menjalin networking dengan UMKM antarbinaan Pertamina. Mengenal banyak UMKM mitra lainnya membawa produk Esti dikenal semakin luas.
“Kami saling menawarkan produk mitra lain. Kerjasama antarmitra. Itu yang paling terasa selama bergabung menjadi UMKM binaan Pertamina. Kami juga dibantu membuat foto produk yang bagus dan berbagai info bisnis yang sebelumnya kami belum tahu,” terangnya.
Dengan kemitraan tersebut, Esti mengaku tidak hanya mendapatkan modal. Berbagai pendampingan dan pelatihan bisnis pun ia dapatkan. Semuanya terangkum dalam program mitra binaan. Saat pandemi covid-19 ini, program tersebut dilakukan via online melalui zoom meeting.
Esti menambahkan, ia pernah jatuh dalam berbisnis. Tahun 2002 lalu, bisnis kain yang dijalaninya runtuh, saat Pasar Gede Hardjonagoro terbakar. Semua barang dagangannya lenyap dilalap sang jago merah. Ia pun harus berjuang memulai bisnisnya kembali dan bergantung pada pasar darurat.
“Setelah kebakaran itu ada acara audiensi. Saya cari kesempatan di sana. Cari peluang, bawa produk di Pasar Gede ke pasar darurat. Lalu saya banyak kenal orang lain. Saya mencoba bergabung ke suatu organisasi. Kemudian kenal banyak kawan. Ada peluang lagi. Kenal Dinas Koperasi (Dinkop) diajak pameran lokal,” kenangnya.
Esti mengaku saat ini omzetnya bertambah empat kali lipat usai menerima pendampingan dari Pertamina. Berbagai inovasi telah dilakukan Esti untuk memuaskan pelanggan. Tak hanya batik tulis sogan, Esti juga memproduksi batik 3 dimensi dan batik kain paris. Dengan beragam motif yang mengikuti perkembangan zaman, seperti colet warna dan colet bunga.
Pjs. Unit Manager Communication Relations and CSR Pertamina MOR IV, Marthia Mulia Asri mengatakan saat ini total mitra binaan di Solo dan sekitarnya tercatat sebanyak 99 UMKM. Dengan total penyaluran bantuan hingga Rp 7 miliar selama 2019-2020.
“Selama pandemi kami berikan bantuan kepada masyarakat terdampak melibatkan UMKM mitra binaan. Kami memesan masker, sembako, makanan, dan lain sebagainya. Untuk peningkatan kapasitas dan pelatihan UMKM dilakukan berbasis online menggunakan social media. Memfasilitasi foto produk dan membuat katalog produk,” pungkas dia.