Potret Prajurit Madura di Kasunanan Surakarta, Masih Eksis hingga Dekade 1950-an
Di Kraton Surakarta, pasukan Panyutra ini menjadi salah satu angkatan perang.
Di Kraton Surakarta, pasukan Panyutra ini menjadi salah satu angkatan perang.
Potret Prajurit Madura di Kasunanan Surakarta, Masih Eksis hingga Dekade 1950-an
Dalam sebuah foto hitam putih yang diposting akun Instagram @sejarahjogya pada Rabu (22/5), tampak seorang anak kecil bertelanjang dada mengenakan sebuah kain untuk bawahan serta sebuah topi berbentuk aneh.
-
Dimana letak Keraton Surakarta Hadiningrat? Ini merupakan tempat bersejarah yang menyimpan beragam budaya kerajaan yang masih berjalan hingga detik ini.
-
Apa ciri khas Purwakarta sebagai kota pensiunan? Ini terkait tata kotanya yang nyaman, serta jauh dari hiruk pikuk. Selain itu, wilayah Purwakarta juga masih teduh dan banyak ditanami pepohonan dan berada di kawasan dataran tinggi yang membawa suasana tenang.
-
Apa bentuk Segarayasa di Keraton Surakarta? Saat pindah ke Keraton Surakarta, pihak keraton juga mendirikan danau buatan yang dinamakan Tamansari Bandengan. Lokasinya berada di barat Sasana Narendra atau Ndalem Nganjrah Sari. Tamansari Bandengan dibangun pada tahun 1750. Bentuknya persegi panjang dengan kolam air di tengahnya.
-
Bagaimana revitalisasi Keraton Surakarta dilakukan? Revitalisasi akan dimulai dari luar terlebih dahulu Proses revitalisasi Keraton Surakarta yang rencananya menggunakan dana hibah dari pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) akan dimulai pada September 2023.
-
Apa yang dibangun di Surakarta oleh Kemenaker? Demi mendukung berkembangnya sektor pariwisata, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah meresmikan Gedung Workshop Pelatihan Pariwisata Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Surakarta.
-
Apa saja yang direvitalisasi di Keraton Surakarta? “September mulai minggu depan sudah tender, target Juni 2024 jadi,“ kata Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming dikutip dari ANTARA pada Selasa (4/7). Gibran mengatakan bahwa revitalisasi Keraton Surakarta akan dimulai dari bagian luar terlebih dahulu, yaitu kawasan Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan.
Dijelaskan dalam keterangan unggahan bahwasanya topi itu merupakan lilitan ikat kepala bernama “undheg-gilig”. Jejaknya disebut terlihat pada prajurit Panyutra (Kasunanan) dan Nyutra (Kasultanan).
Disebutkan pula bahwa sejarah prajurit itu cukup panjang. Konon prajurit itu merupakan hadiah dari Madura. Pada zaman Sultan Agung, nama “Panyutra” telah disebutkan di antara nama abdi dalem di Kraton Kerta pada tahun 1556. Nama itu juga tercatat pada era Kartasura bahkan dipertahankan hingga perpindahan ke Surakarta.
Dalam gambar pada slide kedua, dijelaskan bahwa Panyutra di Kasunanan Surakarta memakai sejenis undheng lilit yang menjadi ciri khas Madura. Di Kraton Surakarta, pasukan Panyutra ini menjadi salah satu angkatan perang. Keberadaannya masih dapat dijumpai hingga dekade 1950.
Keputusan untuk membubarkan pasukan itu diterbitkan dalam “Poetoesan Rembag Parepatan Badan Karaton Soerakarta Ingkang Kaping XXIII Ing Dinten Kemis Kaping 25 November 1954.
Dalam slide tiga, terdapat gambar prajurit dari Bregada Nyutra di Kasultanan Yogyakarta. Saat itu Bregada Nyutra terdiri dari Nyutra, Miji Soemapratama (penjaga sultan), dan Miji Soemaatmaja (penjaga putra mahkota).
Bersama dengan Bregada Surakarsa, Nyutra ditempatkan di timur kraton (Mergangsan) dan membentuk Kampung Surakarsan dan Kampung Nyutran.
Bercampur Baur
Melihat postingan tersebut, salah seorang warganet, @prince_of_austronesia penasaran apakah saat menjadi prajurit mereka tetap menjaga adat tradisi budaya mereka atau tidak.
Dalam hal ini pemilik akun Instagram @sejarahjogya menjawab kalau mereka sudah bercampur baur dengan budaya lain mengingat keberadaan mereka yang sudah ada sejak zaman Sultan Agung. Hal ini sedikit berbeda dengan prajurit dari daerah lain.
“Bregada dari Sulawesi seperti Dhaeng dan Bugis masih mempertahankan lagu dalam bahasa asal saat defile. Tapi mungkin bahasa kuno karena orang Bugis Makassar pun juga tidak paham,” jawab @sejarahjogya.