Asal Usul Berdirinya Kerajaan Pagaruyung, Dinamika Perubahan Corak Hindu-Buddha Hingga Islam
Kerajaan Pagaruyung ialah salah satu kerajaan yang cukup besar di Sumatra.
Kerajaan Pagaruyung ialah salah satu kerajaan yang cukup besar di Sumatra.
Asal Usul Berdirinya Kerajaan Pagaruyung, Dinamika Perubahan Corak Hindu-Buddha Hingga Islam
Kerajaan Pagaruyung merupakan salah satu kerajaan yang cukup luas dari segi kewilayahan mulai dari Sumatra Barat, sebagian Provinsi Riau, dan bagian pesisir barat dari Provinsi Sumatra Utara.
Selama berdirinya kerajaan ini telah mengalami dinamika perubahan corak yang berawal dari Hindu-Buddha lalu berubah menjadi corak Islam yang menjadi identitas orang Minangkabau.
Kerajaan Pagaruyung tergabung dalam Malayapura atau sebuah kerajaan bercorak Melayu yang tertulis pada Prasasti Amoghapasa pada abad 14. Lantas, bagaimana asal usul berdirinya Kerajaan Pagaruyung? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
-
Mengapa Kapitayan dianggap agama tertua di Jawa? Agama ini telah ada di Pulau Jawa sejak zaman paleolitik, mesolitik, neolitik, dan era megalititikum.
-
Kapan agama Kapitayan muncul? Kapitayan lahir jauh sebelum hadirnya pengaruh Hindu dan Budha.
-
Siapa pendiri Kerajaan Mataram Islam? Panembahan Senapati (Danang Sutawijaya atau Dananjaya) adalah pendiri Kerajaan Mataram Sultanate.
-
Siapa pendiri agama Kapitayan? Sejarah Penganjur pertama agama Kapitayan disebut Hyang Semar.
-
Kapan situs Hindu Buddha di Lebak berkembang? Umumnya situs serupa biasa ditemukan di candi atau lokasi yang disucikan, termasuk bekas reruntuhan suatu kerajaan peninggalan era Hindu – Buddha sekitar abad ke-5 masehi masa lampau.
-
Bagaimana Islam masuk ke Perlak? Mengutip dari beberapa sumber, awal terjadinya proses penyebaran Islam di Kesultanan Perlak ini tak jauh dari para pedagang dari Arab dan Persia yang sudah beragama muslim.
Sejarah Berdiri Kerajaan Pagaruyung
Kemunculan Kerajaan Pagaruyung menjadi sebuah kerajaan Melayu tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Dalam sebuah karya sastra, tidak ditemukan bukti-bukti peninggalan dan siapa pendiri dari kerajaan tersebut.
Akan tetapi, ada beberapa prasasti yang menyebut nama Adityawarman sebagai raja yang pernah memimpin di Pagaruyung atau disebut dengan Tuan Surawasa dalam Prasasti Batusangkar.
Konon, saat Adityawarman memimpin Kerajaan Dharmasraya, ia bersama Gajah Mada berperang menaklukan wilayah Bali dan Palembang. Ada kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke sebuah daerah di Minangkabau.
Pengaruh Hindu-Buddha
Semasa kepemimpinan Adityawarman beserta putranya Ananggawarman, pengaruh Hindu-Buddha sudah sampai di wilayah Sumatra sekitar abad 13 dengan dimulainya ekspedisi Pamalayu oleh Kertanegara.
Masa pemerintahan Adiyawarman sendiri terkenal cukup kuat menguasai wilayah Sumatra bagian Tengah dan sekitarnya. Dalam Prasasti Batusangkar, Adityawarman melakukan ritual ajaran Tantris dari agama Buddha yaitu sebuah ritual pemindahan kekuasaan dari dirinya kepada putra mahkota.
Sampai saat ini, beberapa kawasan pedalaman Sumatra Tengah masih kerap dijumpai peninggalan pengaruh agama Buddha, seperti kawasan percandian Muara Takus dan Padanglawas yang kemungkinan besar kedua wilayah itu pernah dikuasai oleh Adityawarman.
Masuknya Pengaruh Islam
Pengaruh agama Islam mulai berkembang di Pagaruyung kira-kira pada abad ke-16 melalui seorang musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka.
Salah satu tokoh Islam atau ulama dari Aceh bernama Burhanuddin Ulakan menjadi sosok yang dianggap pertama kali menyebarkan pengaruh agama Islam di Pagaruyung. Pada akhirnya, pada abad ke-17 Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi kerajaan bercorak Islam.
Masuknya agama Islam memicu aturan-aturan adat yang tidak sejalan dengan Islam mulai dihapuskan. Sementara hal-hal pokok dalam adat diganti dengan aturan Islam. Tetapi, beberapa sistem dan cara adat sebelumnya masih dipertahankan.
Adanya fenomena tersebut memicu perpecahan dan terjadi peperangan saudara yang disebut Perang Paderi, antara kaum Ulama dan kaum Adat yang jauh sebelum Belanda terlibat di dalamnya.
Masa Keruntuhan
Melemahnya Kerajaan Pagaruyung ini ketika Perang Paderi pecah. Banyak daerah di Pesisir Barat jatuh ke tangan Aceh. Sedangkan di wilayah Timur dan Selatan banyak yang berubah menjadi kerajaan merdeka meski secara formalitas masih tunduk kepada Raja Pagaruyung.
Selama Perang Paderi berlangsung, dalam beberapa perundingan tidak berhasil menemukan jalan keluar dan kerajaan pun semakin bergejolak. Puncaknya ketika Kamu Paderi menyerang Pagaruyung pada tahun 1815.
Masa pemerintahan yang dipimpin Sultan Arifin Muningsyah itu terpaksa harus mundur dan sang sultan melarikan diri dari ibu kota menuju Lubuk Jambi.