Jadi Masjid Tertua di Sumatra Barat, Intip Keunikan Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao di Solok
Kawasan masjid ini masih begitu asri karena berada di perbukitan hijau dan sejuk pada ketinggian 1.152 meter di atas permukaan laut.
Kawasan masjid ini masih begitu asri karena berada di perbukitan hijau dan sejuk pada ketinggian 1.152 meter di atas permukaan laut.
Jadi Masjid Tertua di Sumatra Barat, Intip Keunikan Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao di Solok
Jika sedang berada di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, Anda bisa mengunjungi rumah ibadah umat Islam yang sudah berusia ratusan tahun bernama Masjid Nurul Islam Koto Kayu Jao.
Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Apa ciri khas arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat? Masjid kebanggaan warga Sumatra Barat ini memiliki ciri khas dari segi arsitekturnya yang cenderung mirip bahkan sama dengan rumah tradisional Minang, yaitu Rumah Gadang.
-
Apa yang unik dari Masjid Agung Nur Sulaiman? Bangunan masjid itu masih terjaga keasliannya sejak berdiri hingga sekarang. 'Jadi tidak ada perubahan bentuk sama sekali. Monumen atau cagar budaya di Banyumas yang asli sejak berdirinya ya Masjid Agung Nur Sulaiman,' kata Wahyu dikutip dari kanal YouTube Jejak Pamong.
-
Dimana Masjid Agung Nur Sulaiman berada? Di sebelah barat Alun-Alun Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah bangunan masjid kuno, namanya Masjid Agung Nur Sulaiman.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Siapa yang membangun Masjid Agung Nur Sulaiman? Dilansir dari Rri.co.id, banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755, tepatnya pada akhir masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II.
Kawasan masjid ini masih begitu asri karena berada di perbukitan hijau dan sejuk pada ketinggian 1.152 meter di atas permukaan laut. Saat ini, bangunan tersebut diawasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala agar masjid ini tetap berdiri kokoh dan terjaga kelestariannya.
Selain menjadi tempat ibadah, Masjid Koto Kayu Jao juga menjadi daya tarik wisatawan yang penasaran dengan bangunan tersebut. Berikut sejarah Masjid Kayu Jao yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Berdiri Abad 17
Mengutip dari beberapa sumber, tidak diketahui secara pasti kapan masjid ini berdiri. Masjid ini diperkirakan merupakan peninggalan kerajaan Islam pada abad ke-17. (Foto: jadesta.kemenparekraf.go.id)
Lokasi masjid ini berada di Kampung Kayu Jao, Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Butuh waktu 1,5 jam perjalanan dari Kota Padang untuk mencapai tempat ini.Masjid berusia ratusan tahun ini juga dihiasi dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya. Tiap sisi masjid terdapat perbukitan hijau yang seakan mengelilingi kawasan tersebut.
Selain itu, di sebelah timur masjid ada sungai kecil dengan aliran yang cukup deras hingga ke bagian selatan.
Sungai kecil ini bersumber dari sebuah mata air yang digunakan untuk berwudu bagi jemaah yang akan menunaikan salat.
Beratapkan Ijuk
Gaya bangunan masjid ini masih cukup sederhana dan kuno. Atapnya bermaterialkan ijuk yang memiliki 3 tingkat dan disusun menggunakan kerangka yang terbuat dari bambu. Bentuk atapnya sedikit cekung yang berguna agar aliran air hujan bisa mengalir ke bawah.
Di bagian atap diberi pembatas dengan ukiran bermotif geometris. Hal ini bertujuan untuk ventilasi udara dan jalur masuk cahaya ke dalam masjid. Setiap tingkatan atap ada dua ukiran lingkaran seperti roda.
Masjid ini telah mengalami beberapa kali pemugaran, mulai dari mengganti ijuk yang sudah usang sampai pengecatan dinding masjid. Meski sudah dipugar, keorisinilan masjid masih sangat terjaga.
Gaya Arsitektur
Secara keseluruhan, corak bangunan masjid ini begitu kental dengan gaya khas Minangkabau. Bentuknya bujur sangkar dan menjorok keluar seperti tanduk atau gonjong yang di bagian dalam masjid digunakan untuk imam dan mimbar kayu. (indonesia.go.id)
Masjid ini memiliki 5 anak tangga yang menggambarkan rukun Islam dengan lebar 80 centimeter. Kemudian, ada pintu masuk selebar 1 meter dengan dua daun pintu. Dindingnya masih terbuat dari kayu dan dihiasi dengan jendela berjumlah 13 buah yang mengartikan rukun salat.Selain itu, masjid ini disangga oleh 27 tiang setinggi 15 meter dan salah satunya ada dib agian tengah masjid. 27 tiang ini tak hanya sekadar pondasi saja, melainkan juga simbol dari enam suku di kawasan masjid, ditambah empat unsur pemerintahan dan tiga unsur agama.