Tak banyak pilihan politik bagi Musso
Apa yang menyebabkan Musso beraliran kiri, padahal dia merupakan putra kiai?
Apa yang menyebabkan Musso beraliran kiri, padahal dia merupakan putra kiai? Banyak kalangan meyakini pilihan Musso adalah pilihan politik, bukan ideologi murni. Rasa ingin merdeka dari penjajahan yang didukung oleh pergaulannya yang menyebabkan dia berubah.
Penelusuran merdeka.com mengungkap cerita lain, bahwa Musso ternyata putra seorang kiai besar di daerah Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kiai besar itu adalah KH Hasan Muhyi alias Rono Wijoyo, seorang pelarian pasukan Diponegoro.
Putra seorang kiai dan berada di lingkungan pesantren sejak kecil, tentu saja Musso kecil rajin nyantri.
Menurut Elia Krisanto, pengamat sejarah asal Kediri, untuk melawan penjajah perlu adanya kekuatan politik yang tersentral. "Yang perlu diingat bahwa pada saat itu tak banyak pilihan berpolitik khususnya untuk melawan penjajah,” kata Elia yang juga Relawan Perjuangan Demokrasi pada www.merdeka.com.
Lingkungan sangat memengaruhi kenapa kemudian Musso berubah dari ‘cetakan awalnya’ yang notabene dididik di kalangan santri. “Dogma tentang pemberontakan di era tahun 1950 ke bawah itulah yang berbeda dengan ‘pemberontakan’ di era Orde Baru, yang selalu dicap salah tanpa melihat sisi sejarahnya,” tambahnya.
Edi Musaddad, pengamat sejarah asal Salatiga yang tinggal di Jombang juga memberikan pandangannya soal Musso. Menurutnya dari berbagai sumber sejarah Musso merupakan salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut Stalin dan anggota dari Internasional Komunis di Moskow.
“Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk Batavia (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Di mana saat terjadi pemberontakan Musso dan Alimin tidak berada di Indonesia keduanya sedang melakukan pembicaraan dengan Tan Malaka yang memang tidak setuju dengan langkah keduanya, akhirnya keduanya ditangkap di Singapura oleh intelijen Inggris,” kata Edi Musaddad.
Masih menurut Edi, Musso memang menjalin hubungan yang cukup baik dengan Stalin termasuk soal Indonesia yang bukan basis buruh yang menerapkan paham feodal –industri sebagai kebijakan komunis.
“Indonesia basisnya petani, inilah yang sudah diprediksi oleh Tan Malaka bahwa gerakan yang dilakukan Musso nanti akan gagal,” tambahnya.
Masih menurut Edi, pasca keluar dari penjara, Musso pergi ke Moskow. Dia sempat kembali ke Indonesia sekitar tahun 1935 dan dipaksa kembali ke Uni Soviet setelah gagal memaksa 7 anggota Kongres Komintern sekitar tahun 1936. Selanjutnya Musso tinggal di Moskow.
Gerakan Musso tak sampai disitu. 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta, dan pada 5 September 1948 dia memberikan pidato anjuran agar Indonesia merapat kepada Uni Soviet. Dan anjuran itu berujung pada peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur .
“Saat terjadi pemberontakan itu Musso sebenarnya dia tidak berada di lokasi, sebab dia sedang kampanye keliling di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Militer menyebut PKI memproklamirkan “Republik Soviet Indonesia” dan pada 18 September 1948 dengan menyebut Musso sebagai presiden dan Amir Syarifuddin sebagai perdana menteri. Dan rencana pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh militer,” imbuhnya.
Pada tanggal 30 September 1948, Madiun direbut oleh TNI dari Divisi Siliwangi. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal 31 Oktober 1948 saat ia berusaha melarikan diri dan tertangkap di Desa Niten Kecamatan Sumorejo, Ponorogo.
“Riak revolusi untuk kemerdekaan banyak dilakukan oleh bangsa Indonesia karena penjajajahan Belanda yang cukup lama. Bahkan para tokoh-tokoh nasioanal seperti Soekarno juga pada awalnya berteman akrab dengan Musso, Alimin, Semaun dan Kartosuwiryo,” Ujar Edi.
Bahkan mereka pernah satu kos di Surabaya, ungkap Edi. "Mereka pernah kos Surabaya di rumah keluarga HOS Cokroaminoto, guru sekaligus bapak kosnya. Musso sendiri saat kos di rumah Cokroaminoto sebagai aktivis Sarekat Islam dia juga aktif di ISDV (Indische Sociaal Democratishce Vereeniging atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Karena keilmuan Musso, Soekarno menganggap dia adalah salah satu gurunya,” lanjutnya.
Pasca perpisahan di Surabaya, menurut Edi- para tokoh-tokoh ini melanjutkan perjuangannya masing-masing.
”Itulah dinamika politik yang terjadi di Indonesia, inilah perjalanan panjang Bangsa Indonesia. Jika dipelajari mereka memiliki tujuan yang sama yakni memiliki keinginan lepas dari penjajahan mereka selalu tegas memilih prinsip politik, kalah atau menang tak masalah,” pungkasnya.
-
Mengapa komunisme muncul? Komunisme lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi pada abad ke-19.
-
Apa tujuan utama dari komunisme? Tujuan utamanya adalah terciptanya masyarakat komunis dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
-
Bagaimana komunisme mencapai tujuannya? Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambilalihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.
-
Bagaimana Orang Kincai menamai wilayah mereka? Seiring berjalannya waktu, nama-nama wilayah yang ada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama.
-
Siapa yang menginspirasi lahirnya Komunisme? Terinspirasi oleh karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels, konsep dasar komunisme adalah menciptakan masyarakat di mana sumber daya dan produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat.
-
Apa inti dari konsep 'Bersamaisme'? Sebuah negara dengan konsep ini bukanlah sebuah tujuan, melainkan sebuah alat untuk mencapai tujuan. Hal tersebut berkaitan dengan memajukan masyarakat, menegakkan hukum, menjalankan keadilan serta persamaan dan pembagian hak dengan kewajiban.