'Tak manusiawi RSUD biarkan ayah bawa jenazah bayi dalam tas'
Tidak manusiawi RS biarkan ayah bawa jenazah bayi dalam tas. Dia tidak diberikan keringanan biaya saat ingin membawa jenazah bayinya itu menggunakan mobil Ambulance. Aspin pun terpaksa membawa jenazah bayinya dalam tas dan naik kendaraan umum pulang ke kampungnya.
Aspin Ekawandi warga Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, mendapatkan perlakuan menyedihkan oleh pihak RSUD M Yunus. Dia tidak diberikan keringanan biaya saat ingin membawa jenazah bayinya itu menggunakan mobil Ambulance. Aspin pun terpaksa membawa jenazah bayinya dalam tas.
Wakil Ketua Dewan Pimpinan Rakyat (DPR) Fadli Zon mengatakan bahwa hal tersebut tidak seharusnya dilakukan oleh pihak RSUD setempat.
"Saya kira itu sangat tidak manusiawi ya, Rumah Sakit ini kan melayani pasien, apalagi kalo sudah meninggal gitu, harusnya bisa bertoleransi, saya kira ini tidak bener," kata Fadli usai mengunjungi Sekjen FUI Al-Khaththath di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Selasa (18/4).
Fadli menambahkan seharusnya Aspin bisa menggunakan layanan Ambulance gratis, seperti yang disediakan oleh partai-partai politik.
"Saya kira juga banyak layanan-layanan lain, termasuk layanan ambulance gratis, ada juga partai politik, kami dari Gerindra juga punya," ujarnya.
"Mungkin dari partai lain juga ada, jadi harusnya ada, tapi tidak boleh lah Rumah Sakit seperti itu," tambahnya.
Fadli pun mengatakan jika Aspin membuat laporan terkait masalahnya itu, nantinya akan ditindak lanjuti oleh DPR.
"Kalau ada laporan kita akan follow up kasus tersebut, dan peneguran terhadap pihak Rumah Sakit," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Cerita pilu dialami keluarga Aspin Ekwandi di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Aspin terpaksa menyimpan jenazah anaknya di dalam tas agar bisa dibawa pulang dengan kendaraan umum ke kampung halamannya di Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule.
Cara itu terpaksa dilakukan Aspin karena tak sanggup membayar sewa ambulans sebesar Rp 3,2 juta. Cerita itu berawal pada Rabu (5/4), saat Sri Sulasmi, istri Aspin, melahirkan anak keempat.
Proses persalinan melalui operasi besar karena bayi divonis mengalami kelainan paru-paru dan jantung. Operasi dilakukan di RSUD Kaur menggunakan BPJS dan saat bayi lahir dirujuk ke RSUD M Yunus Kota Bengkulu untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
"Bayi sempat masuk UGD, kemudian dipindahkan ke ruang anak untuk penanganan bayi premature. Namun, pada 7 April meninggal dunia. Saat bayi dirujuk, istri saya tidak dibawa ke RSUD M Yunus karena harus mendapatkan perawatan di RSUD Kaur," tutur Aspin, seperti dilansir dari Antara, Sabtu (15/4).
Aspin pun berniat membawa jenazah bayinya menuju kampung halaman dengan ambulance. Namun, pihak rumah sakit menjelaskan biaya sewa mobil jenazah itu sebesar Rp 3,2 juta dengan waktu tempuh dari Kota Bengkulu ke Kaur sekitar lima jam perjalanan darat.
"Saya coba tawar tapi mereka katakan tidak bisa kurang," ujar Aspin.
Karena tak memiliki cukup uang, Aspin mencari jalan keluar yakni memasukkan jasad bayinya ke dalam tas pakaian dan pulang ke kampung menggunakan kendaraan umum. Sesampai di kampung halaman, jenazah bayi itu segera dikebumikan.
"Di dalam mobil sopir minta tas diletakkan di bagasi tapi saya tolak dengan alasan di dalamnya kue untuk acara pernikahan saudara, untung sopir tak curiga," tuturnya.
Pengalaman pahit yang dialami keluarga Aspin rupanya sampai ke telinga Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti. Ia pun meminta maaf secara langsung kepada keluarga Aspin atas perlakukan pihak rumah sakit tersebut.
"Saya menyampaikan duka dan empati serta meminta maaf atas kelalaian kami melayani masyarakat," kata Ridwan saat mengunjungi keluarga Ekwandi di Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule, Jumat (14/4) malam.
Dalam pertemuan di rumah duka, Ridwan menyampaikan sejumlah peraturan yang kaku dan segera ditinjau untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Ia pun menyesalkan tindakan petugas di rumah sakit yang belum mampu melayani dengan hati.
"Kita segera evaluasi aturan yang ada kalau itu jadi memberatkan masyarakat," ucapnya.