Tangkal Semburan Dusta, Pemerintah Perlu Siapkan SDM dengan Kecerdasan Emosional
Menurut Budiman, semburan dusta tidak boleh dianggap remeh karena jumlah sebarannya tidak terhingga dan bisa disebarkan siapapun menggunakan berbagai saluran.
Maraknya sebaran informasi bohong di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jika terlambat diantisipasi, semburan dusta atau firehose of falsehood bisa memicu daya rusak yang dahsyat.
Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko mengatakan pemerintah perlu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu membangun kapasitas kognisi dan kecerdasan emosional untuk menjinakkan semburan dusta.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Bagaimana Gatotkaca dari Sukoharjo melawan hoaks? Danar mengatakan, tempat paling tepat untuk menanyakan kebenaran terkait berita yang mereka peroleh adalah tempat di mana mereka menuntut ilmu, seperti melakukan diskusi atau sharing dengan guru terkait berita yang mereka dapatkan.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Siapa yang diserang oleh hoaks selain Soeharto? Selain Presiden Soeharto, hoaks juga menimpa keluarganya.
Menurut dia, semburan dusta tidak boleh dianggap remeh karena jumlah sebarannya tidak terhingga dan bisa disebarkan siapapun menggunakan berbagai saluran.
"Sebagai bekal menghadapi Revolusi 4.0, Inovator 4.0 Indonesia siap mengerahkan orang-orang Indonesia di dalam dan luar negeri yang paham tentang hal ini," kata Budiman, di Jakarta, Senin (17/6/2019).
Sebagai bentuk konkretnya, Inovator 4.0 Indonesia menggelar Big Questions Forum Inovator 4.0 Indonesia dengan tema 'Kecerdasan Buatan dan Biopolitik; Membangun Masyarakat Kebal Semburan Dusta', pada Minggu, 16 Juni 2019 kemarin.
Hadir sebagai narasumber adalah ahli neuro sains dari Tokyo University Hospital, DR Ryu Hasan; Kandidat Doktor dalam Rekayasa Genetik Universitas Oxford, Muhammad Hanifi; dan pendiri Bandung Fe Institute serta ahli kompleksitas, Hokky Situngkir.
Adapun serial Big Questions Forum akan digelar tiap bulan oleh Inovator 4.0 Indonesia dengan mengangkat tema tentang sesuatu yang baru khas Revolusi 4.0 di Indonesia.
Dalam forum tersebut, disimpulkan semburan dusta bisa dijinakkan setidaknya melalui tiga cara, mengembangkan kecerdasan emosional, mengidentifikasi bias informasi dalam diri dan mengidentifikasi bahan semburan dusta.
"Jika kita merasa tak kan mengubah apa-apa, kita tak akan menyumbang isi apa-apa untuk masa depan kita, yang dekat maupun jauh. Forum ini adalah wake up call. Bangun & cepatlah mandi," ucap Budiman.
Sementara itu, pakar Neurosains Ryu Hasan menyampaikan, kecerdasan emosional jadi salah satu langkah menangkal semburan dusta. Menurut dia, kecerdasan emosional harus dikedepankan karena otak manusia akan lebih cepat mengendorse semburan dusta dan ancaman daripada kebenaran dan harapan.
"Informasi semburan dusta sangat banyak, membuat otak kita menjadi kebingungan dan gagap. Akhirnya yang dipercayai adalah hal yang ingin dia percayai. Dia tidak mengafirmasi informasi benar atau salahnya, tapi apa yang sesuai dengan seleranya sendiri," ujar ahli neuro sains tersebut.
Untuk membangun kecerdasan emosional, kata Ryu, diperlukan waktu yang panjang karena selama puluhan tahun masyarakat lebih mengedepankan kecerdasan kognitif. Dia menegaskan, pesatnya kemajuan teknologi tidak akan menyelesaikan kegagapan masyarakat pada semburan dusta selama tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional.
"Kecerdasan emosional itu perlu dikedepankan. Cerdas emosional, sosial, dan kecerdasan ekologikal. Seperti membiasakan orang antre, membuang sampah pada tempatnya, itu perlu kecerdasan emosional," ujar Ryu.
Baca juga:
Deretan Aktivis 98 Kini Jadi Pejabat Negara
Budiman Sudjatmiko Tegaskan Semburan Dusta Tak Bisa Capai Kemenangan Politik
Berulangkali Jadi Anggota DPR, 4 Politikus Senior Tak Lolos ke Senayan di Pemilu 2019
Pleno KPU: Ibas Berjaya, Budiman Sudjatmiko Tenggelam di Dapil VII Jatim
Soal DNA Soekarno Dalam Diri Prabowo, PDIP Nilai Amien Rais Mengada-ada
TKN Menganalogikan Pemberantasan Korupsi Era Jokowi Seperti Petani Tangkap Tikus